23.12.08

Beroperasi dengan Segala Keterbatasan

SUARA celoteh anak terdengar bersautan dari sebuah ruang kelas di SDN Ngadirejo II kemarin (22/12) siang. Di ruang kelas inilah, sejak 2005 lalu aktivitas PG ini ndompleng. Untuk aktivitas pendidikan nonformal, tengah ruang kelas ini digelari karpet merah berukuran sekitar 2mx5m. Karpet ini pun terasa lembab karena lapisan paling atas tegel ruang kelas ini mengelupas dan tak kedap air. Bahkan, di sisi timur laut ruang kelas ini terdapat onggokan tanah yang menutup tebal permukaan tegel.

Di tengah karpet yang berfungsi sebagai tempat duduk inilah dipasang empat meja berkaki pendek. Ukuran meja ini terlihat njomplang dengan meja guru dan lemari yang berukuran standar.

Tidak ada gambar maupun aksesoris di sekeliling tembok ruang kelas PG ini.

Seluruh dinding dibiarkan mulus. Kalau ada, mungkin gambar tersebut tak bisa dilekatkan di dinding yang sebagian besar kulit temboknya mengelupas. Tak hanya dinding kelasnya. Sejumlah sisi langit-langit

ruang kelas ini juga berlobang karena eternit penutupnya tak bisa lekat dengan kayu konstruksinya yang mulai lapuk di makan usia.

Kalau tidak karena perjuangan, mungkin guru PG ini tidak akan mampu bertahan lama. Betapa tidak, uang sekolah PG ini hanya Rp 3.500 per bulan. Dengan anak asuh yang berjumlah 10 anak, uang terkumpul setiap bulan hanya Rp 35 ribu. Itu pun tidak semua anak asuhnya membayar. ''Terkadang, ada yang tidak bayar,'' kata Nur Hayati, 27, guru PG setempat. Dia adalah generasi ke tiga yang mengajar di PG ini.

Selain tak bayar, paling sering uang pecahan logam Rp 500 yang dibawa anak asuhnya dari rumah hilang. Jadinya, pembayaran nggak jangkep cuma Rp 3 ribu.

Dari uang sekolah yang terkumpul tersebut, Rp 30 ribu dipakai untuk gajinya. Sementara Rp 5 ribu untuk uang kas PG. Gaji sebesar itu tentu tak cukup untuk biaya transportasi Nur yang tiap hari harus pulang-balik dengan motor dari rumahnya yang berjarak sekitar 1km. Untuk kesejahteraan guru PG ini, SDN Ngadirejo menyisihkan dana biaya operasional siswa (BOS) untuk sang guru. Tahun ini, misalnya, Nur menerima honor tambahan sebanyak tiga kali yang besarnya masing-masing Rp 50 ribu per bulan. Karena honor dari SDN Ngadirejo yang tak pasti itulah, ibu dua anak ini selalu bilang gaji yang diterima berupa uang yen, yang diasumsikan mata uang Jepang, setiap kali ditanya tentang imbalasan jasa mengajar. ''Padahal, yen dimaksud adalah yen ono (kalau ada, Red),'' kata dia sambil tertawa lebar.

Karena dana yang dimiliki sangat minim, tidak ada makan bersama di PG ini. Juga, rekreasi yang umumnya dihelat setiap tahun ajaran baru pada PG yang memiliki finansial cukup.

''Kalau ada sedikit rezeki, biasanya saya yang justru membawa masakan dari rumah untuk makan bersama,'' tandas wanita lulusan SMKN 2 Tuban jurusan sekretaris ini.

Sarana bermain dan piranti tulis-menulis juga sangat terbatas. Saat membuka lemari di kelas ini, wartawan koran ini hanya menyaksikan tumpukan buku gambar, sekeranjang bola kecil, dan bola basket. Tidak ada alat pewarna seperti crayon, pensil warna, maupun spidol.

Minimnya sarana tersebut karena nyaris tak ada dana yang bisa mendukung aktivitas PG. Uang kas yang terkumpul Rp 5 ribu per bulan dibelanjakan untuk keperluan anak asuhnya. Seperti rak sepatu dan permainan. Lebih memprihatinkan lagi, sebagian permainan yang dibeli dengan dana kas yang terkumpul tersebut, sebagian hilang karena hanyut saat banjir Desember 2007 lalu. Selain rawan banjir, ayunan yang dimiliki PG ini juga raib karena dicuri orang. Ayunan ini adalah salah satu dari tiga permainan stasioner yang diberikan Dinas Pendidikan (Disdik) Tuban. Dua permainan lainnya adalah jungkit dan komedi putar.

Untuk memperkuat finansial PG yang dikelolanya, Nur pernah berencana menaikkan uang sekolah menjadi Rp 4 ribu per bulan. ''Orang tua baru dengar uang sekolah naik Rp 500, sudah ada satu anak yang mau keluar,'' kata wanita kelahiran 11 November 1981 ini. Karena khawatir kenaikan itu berakibat buruk terhadap aktivitas sekolahnya, Nur membatalkan kenaikan tersebut. jawapos.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar