30.12.08

Gelar Out Bond Ala Militer

Puluhan tenda berjejer rapi di Bumi Perkemahan (Buper) Kepurun, Kecamatan Manisrenggo sejak Sabtu (27/12) lalu. Layaknya perkemahan pramuka, di dalam puluhan tenda tersebut juga terdapat peralatan masak, tas berukuran besar dengan isi bekal peserta.

Tidak hanya itu, beberapa peralatan untuk mencari jejak seperti kompas, tali, pisau juga tertata di sudut tenda. Jangan salah, kegiatan tersebut bukanlah perkemahan pramuka melainkan out bond yang diadakan oleh Kodim 0723 Klaten. Jadi wajar saja peserta tidak tampak mengenakan seragam yang sama. Justru mereka memiliki seragam yang disesuaikan dengan identitas organisasi yang mendelegasikan regu.

Kegiatan out bond tidak hanya diikuti oleh ratusan pelajar tingkat SMA. Dari 45 regu peserta, sebagian juga diikuti perwakilan organisasi kemasyarakatan (ormas). Jadi sepanjang kegiatan berlangsung kegiatan semakin asyik.

Menurut Dandim 0723 Klaten Let Kol Inf Gathot Tridoyo, kegiatan dalam rangka Hari Juang Kartika ke-63 tersebut sebagai upaya untuk membentuk jiwa nasionalisme generasi muda. Sehingga berbagai kegiatan yang berbau perjuangan menjadi bagian utama dalam out bond tersebut.

"Jika negara dalam kondisi darurat warga sipil wajib untuk turun membela negaranya. Kami sengaja mengadakan kegiatan ini agar warga semakin peduli terhadap kondisi tanah air,''ungkapnya.

Karena yang mengadakan organisasi militer, jadi wajar saja kegiatan tersebut diwarnai lomba ala prajurit. Diantaranya pos yang mengharuskan peserta dapat membongkar dan merangkai kembali senjata api laras panjang jenis M 16 dan pistol FN 46.

Lomba yang bagi peserta nampak asing menjadi bagian yang diminati. Hal ini terlihat dari antusias peserta yang berebut untuk jadi peserta. Meski baru pertama kali menyentuh senjata api, peserta cukup mahir dalam merangkai bagian senjata yang telah dibongkar.

Salah satu peserta dari SMK Negeri Trucuk Agung Wahyudi mengatakan, cukup menikmati kegiatan yang diadakan Kodim. Karena selain untuk mengisi liburan kegiatan tersebut dapat menambah wawasan baru.

"Seperti merangkai senjata, yang baru pertama kali saya lakukan. Ternyata cukup mudah tidak sesulit yang saya bayangkan. Sayang tidak boleh untuk menggunakan,'' ungkapnya.

Aroma militer semakin terasa di beberapa pos out bond. Mulai dari meniti satu tali, melewati rintangan jaring darat sampai melempar kapak. Dengan dipandu anggota Kodim 0723 kegiatan dipastikan aman.

Menariknya usai mengikuti perjalanan panjang out bond peserta berebut untuk foto dengan menenteng senjata M 16. Mereka pun rela antri dengan peserta lain, karena berbagai pose dipraktekan oleh peserta.

"Biar ada kenang-kenangan kalau pernah mengikuti kegiatan militer mas. Memang saya tidak punya cita-cita jadi tentara tapi kalau bergaya suka banget,'' kata Nila siswa Kelas X SMA Karangnanom kemarin. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

27.12.08

Guru Yy Menjadi Tersangka

Diam-diam, pihak kepolisian mulai bergerak mengusut kasus kekerasan oknum guru SMPN 1 Mojoagung, MAPP alias Yy, yang tersebar lewat rekaman video ponsel beberapa hari lalu. Guru ini mendatangi panggilan penyidik Polsek Mojoagung untuk dimintai keterangan, Jumat (26/12) sekitar pukul 14.30. Guru mata pelajaran kesenian ini didampingi pengacaranya, Budi Prayitno SH. Selain Yy, ibunda Rangga, Sholikatin juga dimintai keterangan oleh penyidik. ''Ya, hari ini (kemarin, red) kami memeriksa para pihak," ungkap Kapolsek Mojoagung AKP Ibrahim Gani, Jumat (26/12) kemarin.

Di antara dua orang tersebut, Yy mendapat giliran pemeriksaan paling awal. Mengenakan seragam batik, Yy diperiksa di ruang unit Reskrim Polsek Mojoagung. Didampingi kuasa hukumnya, Yy dicecar sejumlah pertanyaan oleh Kanitreskrim, Ipda Sugeng. Materi pemeriksaan belum bisa diakses pers, karena berlangsung tertutup. Baru sekitar 2 jam kemudian, Yy bersama pengacaranya meninggalkan Mapolsek Mojoagung. Ketika keluar ruangan Reskrim, Yy setengah berlari menghindari kejaran wartawan. Ia juga tidak bersedia memberikan komentar apapun.

Saat dikonfirmasi, Budi Prayitno mengatakan bahwa kliennya diperiksa seputar kronologis kejadian. Yy juga mengakui telah melakukan tamparan sebanyak empat kali. Namun menurut Budi, kliennya sama sekali tidak bermaksud melakukan penganiayaan. Tamparan itu muncul akibat emosi sesaat. Selain itu, lanjut Budi, ada faktor kenakalan korban yang memunculkan emosi Yy. Karena Rangga sudah beberapa kali tidak mengerjakan PR. ''Saya rasa tamparan itu tidak bermaksud menganiaya, karena masih ada unsur mendidik," ungkap Budi saat dikonfirmasi, kemarin.

Budi meminta penyidik agar kliennya dihukum seringan mungkin. Apalagi, korban dan keluarganya sudah tidak menuntut. Karena kasusnya sendiri sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh pihak sekolah, ditambah uang santunan sebesar Rp 2 juta. Apakah Yy akan dijerat dengan Pasal 352 UU KUHP tentang penganiayaan ringan? Budi tidak bersedia memastikan. ''Itu kewenangan penyidik. Tapi seharusnya memang seperti itu," ujar si pengacara.

Kapolsek Mojoagung, AKP Ibrahim Gani mengatakan, Yy telah ditetapkan sebagai tersangka. Karena rekaman video itu sudah bisa menjadi bukti yang dicantumkan dalam laporan polisi. Lalu apakah Yy akan dijerat dengan Pasal 352 KUHP tentang penganiayaan ringan, yang ancaman hukumannya hanya 3 bulan penjara? Gani belum bersedia memastikan. Untuk memutuskan pasal mana yang akan digunakan menjerat Yy, pihaknya masih memerlukan visum terhadap korban. Seandainya bekas tamparan pada wajah korban sudah hilang, Gani menegaskan, Yy tetap akan diproses. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Pasal 352 bisa di-juncto kan ke Pasal 80 ayat 1 UU nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pertimbangannya karena korban masih di bawah umur. ''Untuk Pasal 80 UU PA saja, ancaman hukumannya bisa mencapai 3 tahun 6 bulan" tegas Gani.

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, polisi belum melakukan penahanan terhadap Yy. Gani beralasan, penyidik memiliki beberapa pertimbangan untuk tidak menahan Yy. Antara lain tidak melarikan diri, tidak mempersulit jalannya penyidikan, atau tidak menghilangkan barang bukti. Selain itu, polisi masih berupaya menggali keterangan dari saksi lain. Seperti siswa di kelas yang menyaksikan langsung penganiayaan tersebut. "Untuk sementara kita belum melakukan penahanan. Karena masih menunggu perkembangan penyidikan," pungkasnya.

Sementara itu, Sholikatin, ibunda korban membenarkan bahwa putra sulungnya ditampar karena tidak menyerahkan PR Kesenian. Saat itu, Rangga ditugasi untuk membuat kerajinan dari tanah liat. Sebenarnya, Rangga sudah berusaha membuatnya. Termasuk membakar kerajinan tanah liat berbentuk patung tersebut. Sayangnya, saat dibakar, hasil karya Rangga malah pecah. Sehingga ia tidak mengumpulkan karya itu tepat pada waktunya. "Namun saya tidak menyangka juga jika Rangga sampai ditampar seperti itu," ungkapnya. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

26.12.08

Baru Direnovasi 3 Bulan, Sekolah Ambruk

Baru tiga bulan direnovasi, Sekolah Dasar Negeri 3 Pamarayan, Kabupaten Serang ambruk akibat kontruksi atap baja yang tak sesuai bestek. Polisi masih menyelidiki ambruknya sekolah yang baru dipugar itu. Akibatnya pembagian rapor dilakukan di luar kelas.

Ambruknya sekolah terjadi malam. Handayani, Kepala SDN 3 Pamarayan mengaku bangunan tersebut dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Serang. Handayani menambahkan, renovasi menghabiskan dana sebesar Rp 176 juta.

Sejumlah siswa mengaku ketakutan apabila ruang yang lain juga ikut ambruk. Tiga kelas dan satu ruang guru yang hancur kini dipasangi garis polisi. Jajaran Kepolisian Sektor Pamarayan dan Polres Serang tengah meminta keterangan dari pihak kontraktor. liputan6.com

[+/-] Selengkapnya...

Tercatut 'SMK Sodomi', Telkom Terusik

Kasus pelecehan seksual yang terjadi di SMK Telkom Terpadu AKN Marzuki di Pati membuat PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terusik. Karena dicatut namanya, Telkom buka suara.

Munculnya kasus pencatutan nama Telkom tersebut, menurut Vice President Public and Marketing Communication PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Eddy Kurnia sangat mungkin dilakukan karena selama ini nama Telkom belum dipatenkan.

"Nama memang Telkomnya belum dipatenkan, tapi nama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk itu sudah terdaftar. Kita hanya memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa Telkom tidak ada kaitannya dengan SMK tersebut," ujar Eddy kepada wartawan di Rumah Nenek, Jalan Taman Cibeunying, Bandung, Rabu (24/12/2008).

Karenanya, tambah Eddy, pihaknya meminta Telkom tidak dikaitkan dengan SMK tersebut. "Kami sangat menyesalkan kejadian tersebut. Namun kami tidak menyalahkan lembaganya (SMK -red). Yang kami sesalkan adalah peristiwanya," kata Eddy.

Walapun telah dicatut namanya, Eddy mengaku tidak akan melakukan tindakan hukum. "Kita tidak akan menuntut. Namun mengenai pematenan nama Telkom, akan kita pikirkan lagi," kata Eddy.

Hingga tahun 2008, Telkom hanya memiliki dua yayasan yang mengelola pendidikan. Yayasan tersebut adalah Yayasan Pendidikan Telkom serta Yayasan Sandhykara Putra Telkom.

Yayasan Pendidikan Telkom membawahi Institut Manajemen Telkom (IT Telkom), Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) serta Politeknik Telkom dan Telkom Profesional Development Center yang semuanya ada di Bandung. Sedangkan Yayasan Sandhykara Putra Telkom mengelola 46 lembaga pendidikan di Bandung, Jakarta, Purwokerto, Malang, Banjarbaru, Medan dan Makasar. detik.com


[+/-] Selengkapnya...

24.12.08

Kasek-Humas Sabilillah Digembleng Jurnalistik

Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Sabilillah Malang terus mangasah kemampuan tenaga akademisnya dengan kemampuan jurnalistik. Kemarin sebanyak 21 orang yang terdiri dari kepala sekolah TK, SD, SMP serta tim humas digembleng latihan menulis dan pembuatan press release.

Pelatihan dilakukan di ruang pertemuan guru SD Sabilillah. Dalam pelatihan yang menghadirkan tim redaksi Radar Malang itu para tenaga akademis dan humas tampak antusias. Mereka tak beranjak sejak acara dibuka Direktur LPI Sabilillah Prof Dr Ibrahim Bafadhol hingga acara usai.

Prof Ibrahim Bafadal di sela-sela membuka acara diklat ini mengatakan, sebagai lembaga pendidikan yang terus berkembang, LPI Sabilillah yang saat ini menaungi TK, SD, dan SMP bekerja keras mengembangkan SDM. Baik SDM guru maupun tenaga teknis.

''Menulis di media ini menjadi salah satu target pengembangan SDM di lingkungan LPI Sabilillah. Karena itu kami menarget semua guru dan tenaga teknis nanti mampu mengembangkan potensi dirinya lewat menulis di media massa,'' jelas guru besar Universitas Negeri Malang (UM) ini.

Dalam pelatihan yang berlangsung sehari itu, para guru dan humas belajar menulis berita hingga artikel. Selain mendengar paparan dan bedah redaksional koran Radar Malang, mereka juga praktik langsung membuat berita. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Bersepeda ke Sekolah ??

Di film Laskar Pelangi yang fenomenal, guru-guru dan murid-murid sekolah menjadikan sepeda sebagai alat transportasi utama. Kini ketika isu pemanasan global mengemuka, bersepeda dipilih pelajar di Kota Bandung untuk berpartisipasi mengurangi polusi.

Bersepeda ke sekolah itu seru, kata Maliqa Rizqi Anindita (15), Ketua OSIS SMA Taruna Bhakti, Bandung. Maliqa tertarik bersepeda ke sekolah setelah ikut menjadi panitia kegiatan Let s Go Bike yang diselenggarakan 25 Oktober lalu. Waktu acara, saya malah tidak ikut bersepeda. Sebab saya sibuk mengurusi acara, kata Maliqa.

Uniknya lagi, saat itu ia belum punya sepeda. Namun, ia kemudian tertarik menggunakan sepeda setelah melihat antusiasme peserta acara. Saya kemudian membeli sepeda yang biasa dulu, jadi harganya tidak terlalu mahal, kata Maliqa yang tinggal di Awiligar, yakni daerah di Bandung bagian utara.

Saat pertama bersepeda ke sekolah, orangtua Maliqa sempat khawatir. Maklum, jarak Awiligar ke SMA Taruna Bhakti yang terletak di Jalan LRE Martadinata cukup jauh untuk ditempuh dengan bersepeda. Padahal, kondisi lalu lintas belum aman bagi para pengendara sepeda. Kekhawatiran orangtua Maliqa juga disebabkan kondisi udara yang sudah tercemar polusi. Namun, saya bilang ke orangtua, kalau memang khawatir polusi harusnya kita juga melakukan sesuatu untuk mengurangi polusi, kata Maliqa.

Bagi Maliqa, bersepeda menjadi lebih menyenangkan karena ia tidak sendirian. Apalagi, setelah kegiatan, jumlah pengguna sepeda meningkat. Bersepeda jadi seru . "Kami memang belum bersepeda setiap hari. Tetapi dalam satu minggu, pasti ada hari bersepeda," kata Maliqa. Bukannya capek, Maliqa justru mengaku bersepeda membuat badan segar.

Bersama teman-teman yang sudah bersepeda, Maliqa juga mengajak teman lain yang belum bersepeda. Untuk mengajak teman, kami sampai bela-belain menginap di rumah rumahnya. Dengan menginap, pagi-pagi kami berangkat bersepeda bersama, ujar Maliqa yang kini sering ikut ngumpul dengan komunitas Bike to Work Bandung.

Tahun depan, kami berencana membentuk komunitas Bike To School. "Untuk itu, ami minta saran dari komunitas Bike to Work," kata Maliqa. Sebab itu, Maliqa antusias ketika diundang untuk mengikuti Ngagoe5apedah (baca ngagoesapedah), yakni acara bersepeda bersama yang digelar SMAN 5 Bandung, Minggu (21/12) lalu. Kegiatan ini diikuti sekitar 150 pelajar SMAN 5 dan sekolah lain yang diundang.

Oleh SMAN 5, kegiatan bersepeda dipilih setelah polling yang melibatkan 700 siswa di sekolah tersebut. Dari 700 siswa, sekitar 500 siswa memilih kegiatan bersepeda. "Selain polling, kami juga terinspirasi oleh kegiatan bersepeda yang sudah lebih dulu dilakukan oleh SMA Taruna Bhakti," kata ketua panitia Ngagoe5apedah, Kinanti Adyawardhani.

Kinan mengatakan, bersepeda merupakan cara mudah untuk ikut mengurangi dampak perubahan iklim. "Dengan bersepeda, kita ikut mengurangi polusi," kata Kinan. Untuk memperkuat pesan kampanye, mereka mengajak Putri Indonesia Lingkungan 2008 Ayu Diandra Sari dan finalis Putri Indonesia dari Jawa Barat Astri Megatari.

Kedua Putri Indonesia tersebut mengaku bersemangat ikut kegiatan. Secara pribadi saya kaget sewaktu mendapat undangan dari mereka. Ternyata dari para pelajar SMA, muncul ide kegiatan untuk ikut berpartisipasi dalam pengurangan pemanasan global. Padahal, selama ini banyak generasi muda yang cuek terhadap isu ini, kata Ayu.

Astri menambahkan, acara itu sangat bagus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Bandung terkait pengurangan polusi udara. "Kegiatan ini juga bisa mendorong pelajar sekolah lain untuk melakukan hal serupa," kata Astri.

Petisi

Tidak berhenti di kegiatan seremonial, para pelajar itu juga berniat menyampaikan aspirasi pada Wali Kota Bandung. Kami ingin menagih janji pembuatan jalur khusus sepeda atau bike line yang disampaikan pemerintah kota Bandung saat kegiatan bersepeda bersama yang diselenggarakan SMA Taruna Bhakti, kata panitia Ngagoe5apedah Siti Nuraisyah.

Petisi ini tidak hanya disuarakan oleh SMAN 5 tetapi juga oleh beberapa sekolah lain. "Setelah kegiatan Ngagoe5apedah, kami akan berkeliling ke sekolah lain untuk minta dukungan tanda tangan," lanjut Siti.

Kegiatan bersepeda ke sekolah ini mendapat dukungan penuh dari Ketua Komunitas Bike To Work Bandung, Satiya Adi Wasana yang akrab disapa Tiyo. Apalagi, menurut Tiyo, saat ini masih sulit untuk mengajak anak-anak ke sekolah menggunakan sepeda.

"Ini terkait gaya dan pandangan hidup. Bagi sebagian besar pelajar, ke sekolah menggunakan sepeda motor atau mobil masih menjadi pilihan," kata Tiyo.

Padahal, saat ini penggunaan sepeda tidak selalu didasari alasan tidak mampu membeli sepeda motor atau mobil. Yang mampu beli sepeda motor atau mobil pun memilih bersepeda.

"Sebab, bersepeda sudah menjadi gaya hidup untuk lebih ramah lingkungan. Bersepeda itu keren," kata Tiyo.

Namun, ia mengakui, saat ini infrastruktur kota belum ramah sepeda. "Kami berharap adanya jalur khusus sepeda serta tempat parkir khusus sepeda. Saat ini kalau bersepeda kami masih berbagi jalan dengan sepeda motor dan mobil. Saat parkir, kami juga harus mencari pohon atau tiang karena tidak ada tempat khusus,"


[+/-] Selengkapnya...

23.12.08

Sukabumi Kekurangan Guru

Jumlah guru untuk mata pelajaran eksakta, seperti matematika, kimia dan fisika di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih kurang. Berbeda dengan guru pelajaran bidang sosial jumlahnya melimpah.

"Perbandingan guru dan murid sudah cukup, tetapi masih kekurangan guru eksakta," kata Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) Kabupaten Sukabumi, Maman Abdurahman, di Sukabumi.

Menurut dia, kekurangan tenaga guru tersebut terutama untuk mata pelajaran Biologi, IPA, Fisika, Kimia dan Matematika. Namun, kata dia, masalah kekurangan tenaga guru tersebut sedang dicarikan solusinya oleh Dinas P&K Kabupaten Sukabumi, supaya guru eksakta yang ada saat ini tidak lagi kerepotan untuk membagi waktu dengan kelas yang lain. "Kekurangan guru eksakta bisa mencapai sepertiga dari yang seharusnya. Sementara, guru mata pelajaran sosial jumlahnya melebihi dibandingkan yang dibutuhkan," ujarnya.

Maman menyebutkan, untuk memindahkan guru mata pelajaran tertentu dan memasukkan yang ahlinya tidak mudah, bahkan membutuhkan waktu yang relatif lama. "Belum lagi, saat ini sejumlah ketentuan dan perundangan mengatur secara ketat langkah perpindahan sehingga kami harus berhati-hati," ucap Maman.

Ia mengatakan, profesi guru saat ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Pada tahun 2009 mendatang pemerintah berencana akan menaikkan gaji para guru sekitar 100 persen dari gaji semula. "Bila gaji guru naik, maka anggaran untuk gaji guru dan pegawai di bidang pendidikan bisa mencapai Rp800 miliar. Belum lagi angggaran untuk sertifikasi," tutur Maman.

Dengan meningkatnya penghasilan guru, ia berharap para guru dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengajar, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan siswa, yang dapat bersaing dengan pelajar lainnya di daerah lain. mediaindonesia.com


[+/-] Selengkapnya...

Beroperasi dengan Segala Keterbatasan

SUARA celoteh anak terdengar bersautan dari sebuah ruang kelas di SDN Ngadirejo II kemarin (22/12) siang. Di ruang kelas inilah, sejak 2005 lalu aktivitas PG ini ndompleng. Untuk aktivitas pendidikan nonformal, tengah ruang kelas ini digelari karpet merah berukuran sekitar 2mx5m. Karpet ini pun terasa lembab karena lapisan paling atas tegel ruang kelas ini mengelupas dan tak kedap air. Bahkan, di sisi timur laut ruang kelas ini terdapat onggokan tanah yang menutup tebal permukaan tegel.

Di tengah karpet yang berfungsi sebagai tempat duduk inilah dipasang empat meja berkaki pendek. Ukuran meja ini terlihat njomplang dengan meja guru dan lemari yang berukuran standar.

Tidak ada gambar maupun aksesoris di sekeliling tembok ruang kelas PG ini.

Seluruh dinding dibiarkan mulus. Kalau ada, mungkin gambar tersebut tak bisa dilekatkan di dinding yang sebagian besar kulit temboknya mengelupas. Tak hanya dinding kelasnya. Sejumlah sisi langit-langit

ruang kelas ini juga berlobang karena eternit penutupnya tak bisa lekat dengan kayu konstruksinya yang mulai lapuk di makan usia.

Kalau tidak karena perjuangan, mungkin guru PG ini tidak akan mampu bertahan lama. Betapa tidak, uang sekolah PG ini hanya Rp 3.500 per bulan. Dengan anak asuh yang berjumlah 10 anak, uang terkumpul setiap bulan hanya Rp 35 ribu. Itu pun tidak semua anak asuhnya membayar. ''Terkadang, ada yang tidak bayar,'' kata Nur Hayati, 27, guru PG setempat. Dia adalah generasi ke tiga yang mengajar di PG ini.

Selain tak bayar, paling sering uang pecahan logam Rp 500 yang dibawa anak asuhnya dari rumah hilang. Jadinya, pembayaran nggak jangkep cuma Rp 3 ribu.

Dari uang sekolah yang terkumpul tersebut, Rp 30 ribu dipakai untuk gajinya. Sementara Rp 5 ribu untuk uang kas PG. Gaji sebesar itu tentu tak cukup untuk biaya transportasi Nur yang tiap hari harus pulang-balik dengan motor dari rumahnya yang berjarak sekitar 1km. Untuk kesejahteraan guru PG ini, SDN Ngadirejo menyisihkan dana biaya operasional siswa (BOS) untuk sang guru. Tahun ini, misalnya, Nur menerima honor tambahan sebanyak tiga kali yang besarnya masing-masing Rp 50 ribu per bulan. Karena honor dari SDN Ngadirejo yang tak pasti itulah, ibu dua anak ini selalu bilang gaji yang diterima berupa uang yen, yang diasumsikan mata uang Jepang, setiap kali ditanya tentang imbalasan jasa mengajar. ''Padahal, yen dimaksud adalah yen ono (kalau ada, Red),'' kata dia sambil tertawa lebar.

Karena dana yang dimiliki sangat minim, tidak ada makan bersama di PG ini. Juga, rekreasi yang umumnya dihelat setiap tahun ajaran baru pada PG yang memiliki finansial cukup.

''Kalau ada sedikit rezeki, biasanya saya yang justru membawa masakan dari rumah untuk makan bersama,'' tandas wanita lulusan SMKN 2 Tuban jurusan sekretaris ini.

Sarana bermain dan piranti tulis-menulis juga sangat terbatas. Saat membuka lemari di kelas ini, wartawan koran ini hanya menyaksikan tumpukan buku gambar, sekeranjang bola kecil, dan bola basket. Tidak ada alat pewarna seperti crayon, pensil warna, maupun spidol.

Minimnya sarana tersebut karena nyaris tak ada dana yang bisa mendukung aktivitas PG. Uang kas yang terkumpul Rp 5 ribu per bulan dibelanjakan untuk keperluan anak asuhnya. Seperti rak sepatu dan permainan. Lebih memprihatinkan lagi, sebagian permainan yang dibeli dengan dana kas yang terkumpul tersebut, sebagian hilang karena hanyut saat banjir Desember 2007 lalu. Selain rawan banjir, ayunan yang dimiliki PG ini juga raib karena dicuri orang. Ayunan ini adalah salah satu dari tiga permainan stasioner yang diberikan Dinas Pendidikan (Disdik) Tuban. Dua permainan lainnya adalah jungkit dan komedi putar.

Untuk memperkuat finansial PG yang dikelolanya, Nur pernah berencana menaikkan uang sekolah menjadi Rp 4 ribu per bulan. ''Orang tua baru dengar uang sekolah naik Rp 500, sudah ada satu anak yang mau keluar,'' kata wanita kelahiran 11 November 1981 ini. Karena khawatir kenaikan itu berakibat buruk terhadap aktivitas sekolahnya, Nur membatalkan kenaikan tersebut. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Sekolah Inklusi Harus Punya Kurikulum Sendiri

Sekolah yang menerima pelajar inklusi atau berkebutuhan khusus seharusnya mempunyai kurikulum berbeda dan metode khusus. Sebab, para siswa inklusi itu memiliki karakteristik tersendiri. Jika tidak ada pembedaan kurikulum, sangat mungkin tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Pernyataan itu disampaikan Direktur PSLB (Pendidikan Sekolah Luar Biasa) Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Ekodjatmiko Sukarso pada acara sosialisasi penggunaan model pembelajaran lesson study di Sekolah Galuh Handayani kemarin (22/12). ''Siswa yang berkebutuhan khusus kan beda dengan siswa lain. Mereka punya karakteristik tersendiri,'' ujarnya.

Menurut dia, karakteristik itu yang harus dipahami setiap sekolah. Terutama sekolah-sekolah umum yang ditunjuk untuk menampung siswa berkebutuhan khusus. Kalau tidak mempunyai metode khusus, tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai. ''Ada yang gaya belajarnya cepat sekali, ada yang lambat sekali. Karena itu, sekolah harus mempunyai kurikulum dan metode khusus,'' ujarnya.

Salah satu metodenya adalah pembelajaran lesson study. Pembelajaran tersebut menggunakan metode pendekatan secara personal. Selain itu, siswa diajari berkreativitas dengan metode pembelajaran interaktif. ''Dengan cara itu, siswa diharapkan tidak akan tertekan ketika berada di sekolah,'' jelas Ekodjatmiko.

Khusus untuk kurikulum, lanjut dia, sekolah bisa menyesuaikannya dengan masing-masing karakteristik daerah atau wilayah setempat. Contohnya, di wilayah industri, kurikulumnya bisa terkait industri tetapi yang dikhususkan untuk anak berkebutuhan khusus.

Dia menambahkan, anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah umum juga tidak dilarang. Namun, dia berharap mereka mendapatkan fasilitas yang sama seperti di sekolah inklusi. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

22.12.08

Kelas Rusak 39.861 Siswa Terancam

Dunia pendidikan di Wonogiri menghadapi masalah serius. Hingga 2008 ini tercatat ribuan ruang kelas di 403 sekolah dasar (SD) rusak parah. Ini menjadi masalah besar bagi 39.861 siswa yang saban hari menimba ilmu di kelas tersebut.

Merunut data yang diterima Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Wonogiri dari Dinas Pendidikan 1.496 ruang kelas yang rusak tersebut terdiri dari berbagai kategori. Ke-1.496 ruang kelas rusak itu terdapat di 403 SD negeri dan swasta yang tersebar di 25 kecamatan.

Ruang kelas rusak itu terdiri dari tiga kategori. Ada 711 kelas yang dilaporkan rusak berat, 450 ruang kelas yang rusak sedang dan 135 ruang kelas yang masuk dalam kategori rusak ringan. Kerusakan dalam skala berat terdapat di 27 SD di Kecamatan Tirtomoyo. Di 27 sekolah itu disebutkan terdapat 64 ruang kelas yang rusak berat.

Sedang Kecamatan Giriwoyo menduduki tempat kedua. Dari 25 SD, terdapat 58 ruang kelas yang rusak berat. Kecamatan Girimarto berada di urutan ketiga. Dari 16 SD, terdapat 47 ruang kelas yang rusak berat. Wonogiri di tempat keempat dengan 40 ruang kelas rusak berat. Kerusakan itu terjadi di 21 sekolah. Kerusakan dalam skala berat juga terdapat di 21 kecamatan lainnya di Wonogiri.

Kecamatan yang paling sedikit mengoleksi jumlah ruang kelas rusak berat adalah Nguntoronadi. Dari 12 sekolah dasar di kecamatan itu, yang dilaporkan mengalami kerusakan dalam skala berat hanya dua ruang kelas saja. "Angka-angka itu berasal dari data yang saya dapat dari Dinas Pendidikan Wonogiri," ujar Ketua FPKS DPRD Wonogiri Hamid Noor Yasin.

Hamid menyatakan pemkab harus memberi perhatian serius atas kerusakan yang terjadi.Dia juga meminta eksekutif mengalokasikan anggaran yang memadai untuk proses rehabilitasi ruang-ruang kelas itu. Pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan oleh pemerintah. Terutama untuk tingkat pendidikan dasar. "Kalau sarana dan prasarana pendidikan yang ada berkualitas, maka proses belajar dan mengajar akan berjalan dengan baik. Dan itu akan menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas pula," imbuhnya. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

20.12.08

Guru SMUN Tendang Rusuk Muridnya

Kekerasan oknum guru terhadap muridnya kembali terjadi. Kali ini korbannya menimpa Sarah Saud Arafah (16) seorang siswi sebuah SMU Negeri di Kota Banyuwangi. Oknum guru berinisial SG melempar kunci dan menendang tulang rusuk siswi tersebut.

Dari keterangan korban, dirinya tidak mengetahui secara pasti penyebab kemarahan guru yang mengajar Bahasa Inggris itu. Peristiwa itu terjadi begitu saja setelah dirinya bersama teman-temannya merayakan ulang tahun salah satu teman sekelasnya.

"Saat itu pak SG datang dan masuk kelas, ketika melihat teman sebangku saya tertawa pak SG langsung marah," ujar Sarah, di sela-sela menjalani pemeriksaan di Polres Banyuwangi, Jalan Brawijaya Jumat sore (19/12/2008).

Beberapa saat kemudian, sambung Sarah, oknum guru tersebut melemparkan kunci ke arahnya. Untung lemparan itu meleset. Tak puas, oknum guru itu mendatangi Sarah dan menendangnya di bagian rusuk kanan. Korban mengaku merasakan sakit yang luar biasa akibat tendangan itu.

Selanjutnya korban yang tinggal di Rogojampi ini pulang diantar temannya. Sesampainya di rumah diapun bercerita pada ibunya, Mariam Ambarang. Tak terima dengan apa yang dialami putrinya, Mariam mengajak putrinya ke Polres Banyuwangi untuk melaporkan perbuatan oknum guru tersebut. "Saya ingin dia dihukum setimpal," katanya.

Petugas polres langsung mengantar korban untuk melakukan visum. Usai melakukan visum korban langsung dimintai keterangan di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Banyuwangi. Hingga saat ini korban masih menjalani pemeriksaan.

Kasat Reskrim Polres Banyuwangi AKP Kukuh Sugiarto Kurniawan mengatakan, pihaknya masih belum melakukan pemeriksaan pada terlapor. Pihaknya juga masih belum menetapkan SG sebagai tersangka dalam perkara ini.

"Kita masih menunggu hasil visum, sementara masih korban yang kita mintai keterangan," ujarnya di Mapolres Banyuwangi. detik.com


[+/-] Selengkapnya...

Belajar di Balik Bilik Bambu

Dari balik dinding kelas yang terbuat dari bilah-bilah bambu, Dedi seakan malu-malu ingin mengatakan: "Inilah ruang kelasku!" Dengan lantai dan atap seadanya, di ruangan inilah para murid Sekolah Dasar Katolik Malaka Tengah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, menuntut ilmu. Sekat antarkelas dan dinding bambu, memang tak bisa membuat para murid berkonsentrasi.

Para guru saat ini hanya bisa mengelus dada. Sudah lima tahun dana perbaikan diajukan ke pemerintah daerah. Belasan proposal pun telah dikirimkan ke para donatur, tapi hasilnya masih nihil.

Nasib yang hampir sama dirasakan puluhan siswa SD Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kupang, NTT. Malah keadaannya lebih parah. Selain bangunan yang sangat memprihatinkan, para siswa harus belajar sambil berdiri karena tidak mempunyai bangku. Memang lelah kalau harus berdiri seharian. Para guru pun kerap mengizinkan mereka untuk beristirahat.

Sementara, siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Lamaknen, Kecamatan Weluli, Kabupaten Belu, NTT, juga kini waswas. Gedung sekolah mereka terancam ambruk setelah 13 tahun silam terkena gempa. Boleh dikatakan, 13 tahun tanpa adanya perbaikan. Kini, setiap ada angin kencang, para murid terkadang menyelamatkan diri. Mereka khawatir tertimpa bangunan.

Belajar di tengah rasa khawatir memang tidak menyenangkan. Kepala sekolah mengaku telah belasan kali mengajukan dana perbaikan. Namun, harapan tinggallah harapan. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

19.12.08

Kelas Terbatas, Siswa Tunggu Giliran Belajar

Kondisi Sekolah Dasar Kelas Jauh Omu, Gumbasa, yang terletak di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, amat jauh dari kata memadai. Hampir mirip nama yang di sandang, kelas jauh. Beratapkan daun Rumbia, para siswa menuntut ilmu setiap harinya.

Nasrik Hoti, salah seorang pengajar, terpaksa menahan beberapa muridnya di luar kelas saat ruang kelas sedang digunakan para siswa lainnya. Maklum, ruangan kelas sangat terbatas.

Meski demikian, keterbatasan fasilitas tak membuat semangat pada murid menjadi surut. Mereka tetap giat belajar di sekolah berdinding anyaman bambu itu. Melihat semangat ini, para pendidik terus berupaya agar bangunan sekolah mendapat perhatian pemerintah.

Masih di provinsi yang sama, kondisi sekolah rusak juga dialami SD Negeri Malangga Selatan, di Kabupaten Tolitoli. Sekolah yang terletak di Kecamatan Galang ini dibangun lima tahun lalu.

Lebih dari seratus murid di sekolah ini harus berbagi ruang kelas. Mereka juga harus sabar belajar di ruangan berdinding papan dan anyaman bambu. Apalagi saat musim hujan tiba, proses belajar-mengajar terganggu dengan atap seng tua yang kerap bocor. Tak ayal, alas kaki menjadi kotor karena kelas berlantai tanah.

Para guru mengaku sering mendengar adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun, dana tersebut belum bisa dinikmati untuk membangun gedung sekolah yang lebih layak. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Tuang Mading ke Blog

Demi mengkampayekan penggunaan internet secara kreatif dan produktif di kalangan pelajar, Bandung Blog Village (BBV) merangkul anak-anak SMA dan SMK untuk mengikuti workshop Bandung Blog Vaganza (BBV) 2008 di ITB, Sabtu (20/12/2008) akhir pekan ini. Salah satu tujuan workshop tersebut adalah menginternetkan mading sekolah.

"Kami lihat usia SMA/SMK semangat dalam menciptakan hasil karya sedang bagus-bagusnya. Apalagi ini berkenaan dengan keseharian mereka yakni mading. Di mana kegiatan sekolah biasanya dipublikasikan lewat mading sekolah masing-masing," kata Ketua Pelaksana Bandung Blog Vaganza 2008 Ihwanul Iman, Kamis (18/12/2008).

Menurut Ihwanul, dengan adanya workshop ini memberikan semacam alternatif untuk mereka bahwa berita yang mereka kenal selama ini dalam bentuk mading sekolah bisa dijadikan online via internet.

"Sekaligus sebagai prestise sekolahnya juga yang terpublikasikan aktifitas siswa-siswinya di sekolahnya," jelas Ihwanul yang juga menjabat sebagai perdana menteri dalam susunan pemerintahan BBV.

Rencananya sebanyak 50 SMA dan SMK di Bandung dan 150 orang siswa-siswi menjadi target peserta workshop. Tak hanya workshop, BBV juga akan melombakan mading para peserta.

"Kita arahkan untuk mereka membuat mading online, hosting dan domain sudah kita sediakan. Waktu perlombaan dari tanggal 22 Desember 2008 hingga 10 Januari 2009," pungkas Ihwanul. detik.com


[+/-] Selengkapnya...

18.12.08

Tiga Ruang Belajar Ambruk Tiba-Tiba

Tiga ruangan kelas di Blora, Jawa Tengah, belum lama ini ambruk secara tiba-tiba. Namun saat itu tak ada korban jiwa karena para murid telah usai belajar. Gedung yang rapuh dan sudah tua menjadi penyebab ambruknya tiga bangunan kelas Sekolah Dasar Negeri Sambeng 2 Todanan, Blora.

Kini sedikitnya 56 siswa mengungsi belajar. Sisanya, memanfaatkan dua kelas yang masih bisa digunakan. Tapi, kondisinya pun memprihatinkan. Ruangan yang sempit disekat-sekat, dijadikan tempat menimba ilmu puluhan murid.

Ruang belajar yang beralaskan tanah menjadi hiasan kaki-kaki mungil dengan sepatu lusuh. Sarana belajar yang ada terkesan sangat sederhana. Kendati begitu, para murid masih bersemangat menimba ilmu dalam kondisi penuh keterbatasan.

Sebagian lagi terpaksa mengungsi ke sebuah rumah. Di rumah milik warga ini mereka lebih aman belajar, dibanding di gedung sekolah yang terancam roboh.

Tiga ruangan kelas yang ambruk, kini dibiarkan. Pihak sekolah mengaku pernah mengusulkan ke Dinas Pendidikan terkait untuk meminta dana perbaikan. Pantas saja bangunan SD tersebut ambruk. Karena sejak tahun 1978 tak pernah mendapatkan dana perbaikan. "Pemerintah sudilah kiranya terjun ke bawah melihat kondisi lapangan sebenarnya," ujar Edy Mulyono, Kepala Sekolah SDN Sambeng 2 Todanan kab.

Sementara saat dihubungi via telepon oleh reporter SCTV Bayu Sutiyono, Kamis (18/12) pagi, pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Nasional Blora Ratnani Widowati mengaku sudah mengetahui masalah itu. Ia mengatakan, pihaknya tahun ini sudah melakukan survei terhadap sekolah-sekolah yang bangunannya rusak. Hanya saja, ia mengakui baru dua bangunan sekolah yang telah diperbaiki.

Di ujung telepon lainnya, Edy Mulyono mengungkapkan para muridnya hingga saat ini masih belajar dalam kondisi memprihatikankan. Ia pun mengungkapkan, sekolahnya telah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Hanya saja, ia mengakui karena jumlah muridnya sedikit, maka dana BOS yang diterima juga kecil. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Hamil, Siswa SD Dikeluarkan

Diduga berbadan dua, salah seorang siswa kelas 6 sebuah SD di Jombang dikeluarkan dari sekolah. Tindakan yang tidak berpihak pada korban kekerasan dalam rumah tangga ini tengah ditangani Dewan Pendidikan Jombang. Alasannya, siswa ini masih perlu pendampingan dan pendidikan berkelanjutan.

Ungkapan tersebut disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Jombang, Abdul Mukhid Djaelani, kemarin. Dia mengaku jengkel dengan tindakan sekolah yang berbuat tidak adil terhadap siswa tersebut. Seharusnya, siswa yang diduga hamil ini dikomunikasikan untuk upaya pendampingan dan keberlangsungan pendidikannya. ''Bukan langsung dikeluarkan, apalagi kasus ini hanya diselesaikan di internal sekolah,'' cetus Mukhid bernada kecewa.

Siapa siswa ini? Sesepuh Muhammadiyah yang terkenal berani dalam bersikap ini tidak bersedia menjelaskan secara rinci. Hanya disampaikan bila saat ini degradasi moral di Jombang semakin mengkhawatirkan. Kasus asusila semakin berkembang di masyarakat bahkan sudah merembet pada siswa SD. Degradasi moral ini salah satunya diakibatkan memudarnya unsur keteladanan para tokoh dan penanggungjawab, seperti guru, pendidik, orangtua dan tokoh masyarakat.

''Sungguh kejam guru yang memperlakukan korban kekerasan ini, seharusnya ada solusi bijak yang bisa dipertanggungjawabkan,'' tandasnya. Paling tidak, kata Mukhid, solusi itu mampu menyiasati keberlangsungan pendidikan siswa korban kekerasan dimaksud, apakah bersekolah di rumah sendiri atau bersekolah di rumah guru. Keberlangsungan pendidikan ini sekaligus pendampingan aklak dan meringankan beban psikologis yang dialami korban.

Untuk itulah pihaknya mengimbau kepada organisasi yang bergerak di bidang kekerasan dalam rumah tangga ini untuk bersikap lebih proaktif di masyarakat. Dengan menyampaikan pentingnya keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama penanaman keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT agar bisa membentengi dari segala macam cobaan dan gangguan hidup. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Dendam, Guru Aniaya Siswa

Aksi penganiayaan guru terhadap siswa kembali terjadi. Gara-gara dendam lantaran anaknya diinjak-injak saat mengikuti malam takbiran pada Hari Raya Idul Fitri lalu, Pujianto, guru Bahasa Inggris SMPN 2 Megaluh, tega memukul Gita Eka Pratama, siswa kelas 9G. Kejadian berlangsung di di depan ruang otomotif sekolah setempat. Akibatnya, korban babak belur.

Rabu (17/12) kemarin, perlakuan tidak menyenangkan ini dilaporkan keluarga korban ke Polsek Megaluh.

Kejadian ini bermula dari rasa sakit yang diderita putra bungsu Pujianto, Galang (8 tahun). Yang bersangkutan mengeluh sakit pada perut dan ulu hati secara terus menerus. Hal itu dirasakan anaknya setelah menerima perlakuan kasar, yaitu diinjak-injak Gita. Peristiwa itu terjadi pada saat mengikuti malam takbir Idul Fitri di salah satu Musala Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Oktober silam. Untuk diketahui, Gita yang notabene murid Pujianto memang tinggal berdekatan satu kampung di Desa Pacarpeluk.

Merasa tidak terima, Pujianto pun menyuruh Gita dan kedua orangtuanya untuk meminta maaf atas ulah tersebut. Namun, permintaan itu tidak pernah dituruti. Hingga pada Selasa (9/12) kemarin, dirinya melihat Gita bersama teman-teman sekelas sedang duduk santai di depan ruang otomotif. Tanpa mengawali berbicara, Gita langsung ditempeleng beberapa kali pada bagian wajah. Tidak hanya itu, Gita yang sedianya akan mengikuti praktik komputer ini ditendang hingga terjungkal. Akibatnya pipi kanan, paha dan kakinya mengalami memar dan bengkak.

Gita juga merasakan kepalanya pusing terus menerus sehingga tidak masuk sekolah beberapa hari. Bahkan sesekali dirinya merasa mual dan terasa ingin muntah. ''Saya dituduh menginjak anaknya. Padahal waktu itu sedang bermain bersama dan tiba-tiba lampu musala mati mendadak, saling dorong dan ada yang terinjak,'' tutur Gita, saat diperiksa di Mapolsek Megaluh, Rabu (17/12) kemarin.

Baik Ismuntoyo maupun Suciamah, orangtua Gita, mengaku tidak mengetahui bila anaknya dianiaya gurunya sendiri di sekolah. Dia sangat menyesalkan tindakan guru ini yang dilakukan di sekolah tanpa melakukan klarifikasi latar belakang permasalahannya. Karena itu mereka melaporkan aksi pemukulan sang guru tersebut agar kasus serupa tidak terulang. Mereka juga berharap laporan itu ditindaklanjuti penyidik polsek. Jika terbukti unsur pidananya, keluarga berharap agar kasus itu harus sampai ke meja hijau. ''Saya tahunya kemarin, setelah anak saya sakit dan tidak bersekolah,'' cetus Suciamah lirih.

Sementara itu, Kapolsek Megaluh, AKP Sutikno, didampingi Kanitreskrim, Aiptu Darmono, ketika dikonfirmasi membenarkan laporan penganiayaan tersebut. Sejauh ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap korban. Penyidik juga melengkapi bukti dengan melakukan visum bekas pukulan. Sejumlah saksi yang melihat serentetan tersebut juga akan dimintai keterangan sebagai saksi. Pujianto selaku terlapor juga akan dimintai keterangan. ''Kita masih menunggu hasil visum dokter,'' kata AKP Sutikno. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Ingin Jadi yang Terbaik di NTT

SMKN 3 Kota Kupang berupaya menjadi yang terbaik di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bantuan dari Bank Pembangunan Asia (ADB) senilai Rp 7,1 miliar tahun anggaran 2009-2012 akan mendukung rencana itu.

Kepala SMKN3 Kota Kupang Lusia Mandala di Kupang, Rabu (17/12), mengatakan, dana senilai Rp 7,1 miliar itu diprioritaskan untuk tujuh komponen, yakni bangunan fisik gedung, peralatan, bahan ajar, pelatihan tenaga, hubungan industri, keiwirausahaan, dan penguatan kurikulum.

"Dana Rp 7,1 miliar itu dicairkan secara bertahap sesuai kebutuhan. Kami akan gunakan 20 konsultan dari dalam dan luar negeri untuk mengawasi proyek bersangkutan," katanya.

Selain rehabilitasi gedung sekolah, juga dibangun sebuah hotel berbintang sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terpadu bagi para siswa. Hotel ini sebagai aset sekolah yang dapat digunakan masyarakat umum. Ada empat jurusan yang akan dikembangkan di SMKN 3, yakni tata boga, perhotelan, kecantikan, dan jurusan busana.

Empat bidang ini sangat mendesak untuk dikembangkan karena sesuai kebutuhan masyarakat. SMKN 3 memiliki 675 siswa serta 52 guru tetap dan 14 guru honor. Namun, khusus guru kecantikan belum ada, masih dalam proses belajar. SMKN3 akan berupaya menjadi yang terbaik di NTT dan membina sekolah sekolah kejuruan lainnya. SMKN 3 akan menjadi sekolah pembina bagi kejuruan lain.

Karena itu, masyarakat, siswa, orangtua, dan guru diharapkan turut mendukung program itu sehingga bisa dirasakan dampaknya bagi masyarakat luas. kompas.com


[+/-] Selengkapnya...

17.12.08

Guru Sita Linux Murid ?

Label open source versus proprietary ternyata masih belum dipahami benar oleh kalangan pendidik. Kasus yang satu misalnya. Guru menyita disk Linux siswanya karena dikira software ilegal.

Hal itu terjadi di Austin, Texas. Dikutip dari Vnunet, Selasa (16/12/2008), seorang guru menegur salah seorang siswanya karena mendemonstasikan dan membagi-bagikan salinan distro Linux HeliOS ke teman-temannya.

Sang guru lantas menyita disk dan menahan siswa tersebut untuk diperiksa karena menyebarkan software ilegal. Guru yang dikenal bernama Karen ini lalu mengirim email ke salah seorang evangelist Linux bernama Ken Starks dari HeliOS.

Dalam emailnya, sang guru menyebutkan kalau ia tidak mendukung penggunaan software ilegal di kelasnya. Email tersebut ditulis dalam Bahasa Inggris. Jika diterjemahkan, isi emailnya kira-kira berbunyi seperti ini:

"Starks, saya yakin Anda tahu apa yang Anda lakukan. Tetapi saya tidak bisa mendukung Anda atau membiarkan hal ini terjadi di ruang kelas saya. Dalam hal ini, saya tidak yakin apa yang Anda lakukan adalah legal. Tidak ada software yang gratis".

Guru tersebut juga memaparkan bahwa ia akan memeriksa kasus ini dan mengklaim akan menuntut denda sesuai undang-undang jika Starks terbukti melakukan tindakan yang ilegal.

Starks sendiri sangat menyesalkan ketidaktahuan sang guru mengenai legalitas Linux, khususnya HeliOS. Starks merasa dihina karena dirinya dituduh melibatkan anak melakukan aktivitas 'ilegal'. "Anda sebaiknya malu sendiri berbicara omong kosong seperti itu," tukasnya.

Dikutip dari Vnunet, Selasa (16/12/2008), sang guru juga mengatakan kalau ia dan beberapa sekolah lain akan 'mengadili' Linux selama di sekolah. Sebab, menurutnya setiap komputer di sekolah menggunakan sistem operasi Windows.

Terkait hal ini, Starks mengimbau bahwa alangkah lebih baiknya jika uang yang digelontorkan Austin Independent School District tersebut untuk membeli jutaan dolar software Microsoft digunakan untuk mengedukasi anak. detikinet.com


[+/-] Selengkapnya...

16.12.08

Sertifikasi Khusus Kasek

Ratusan kepala sekolah TK-SMK negeri swasta di Malang Raya bisa mulai bersiap untuk mengikuti sertifikasi khusus kepala sekolah yang digelar 2009 mendatang. Tanggal pastinya tinggal menunggu pengesahan dua draft final aturan pelaksanaannya. Dua aturan pelaksanaan itu nantinya dalam bentuk permendiknas. Masing-masing permendiknas sistem seleksi calon kepala sekolah dan permendiknas sertifikasi kepala sekolah dalam jabatan.

"Dananya sudah dianggarkan di APBN 2009. Tinggal tunggu aturan diteken menteri, lalu semuanya bisa jalan," kata Ibrahim Bafadal, ketua pokja nasional penyusunan standar pengembangan mutu kepala sekolah. Ibrahim menjelaskan perkembangan itu dalam forum seminar nasional menyongsong implementasi sertifikasi kepala sekolah di Gedung A3 Universitas Negeri Malang, kemarin. Selain Ibrahim, pemateri lainnya adalah Imron Arifin dari UM, serta Kadiknas Jatim Rasiyo.

Menurut dosen administrasi pendidikan UM ini, sertifikasi kepala sekolah berbeda dengan sertifikasi guru. Sertifikasi kepala sekolah lebih ditekankan pada standar cara seorang kepala sekolah mengendalikan arah sekolah. Bukan standar saat dia mengajar.

Ada lima komponen kompetensi sertifikasi kasek. Yakni kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Lima kompetensi itu akan dijabarkan dalam 18 mata komponen profesionalisme kepala sekolah. Mulai perencanaan pengembangan sekolah, manajemen humas, hingga pengembangan unit produksi sekolah.

Majunya sebuah mutu pendidikan, lanjutnya, sangat tergantung dari peran kepala sekolah. Meski pengajaran guru sudah standar, kalau kepala sekolah tidak kompeten, maka mutu pengajaran juga tidak maksimal. Ibarat guru adalah mata tombak yang tajam, ketika kepala sekolah tidak bisa mengarahkan dan mengaturnya, maka ketajaman tombak tidak banyak bermanfaat.

Imron Arifin pengamat pendidikan dari UM menambahkan, standarisasi adalah rencana pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan. Empat jenis pendidik bakal disertifikasi hingga 2012 nanti. Sertifikasi guru dimulai 2006-2007, sertifikasi dosen pada 2007-2008, sertifikasi kepala sekolah 2009-2010 dan sertifikasi penilik atau pengawas 2011-2012.

Untuk kualifikasi kepala sekolah, ada umum dan ada khusus. Semuanya tercantum dalam permendiknas 13/2007 tentang standar kepala sekolah.

Bagaimana dengan tunjangan kepala sekolah profesional sekaligus guru profesional? Ibrahim mengatakan bisa jadi dobel. Ada tunjangan sertifikasi guru plus tunjangan sertifikasi kepala sekolah. Atau, ada tunjangan gabungan yang nilainya di atas nilai tunjangan sertifikasi ditambah tunjangan fungsional seorang guru.

"Soal tunjangan itu, bukan domain kami semata. Ada koordinasi dengan keuangan. Jadi belum bisa memastikan, termasuk nominalnya," kata Ibrahim.

Dalam seminar yang digelar sehari itu, lebih dari 400 kepala sekolah hadir. Selain dari regional Jatim, peserta juga berasal dari NTB, Bandung, Jogja, Bali, dan Belu. "Kami ingin para kasek itu bersiap mulai sekarang. Sehingga saat diluncurkan, mereka sudah tidak kerepotan lagi," kata Rahmania Utari, ketua panitia. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

15.12.08

Dikeroyok Teman Sekolah, Lapor Polisi

Merasa tak terima atas aksi pengeroyokan yang dialaminya, Gunawan Budi Santosa, 19, pelajar sebuah SMKN di Jombang, warga Dusun Bendo, Desa Sugiwarek, Kecamatan Ngoro, melapor kepada petugas Polres Jombang, kemarin (1/12). Pasalnya, pengeroyokan yang dilatari masalah sepele itu mengakibatkan korban menderita luka-luka. Terutama memar di bagian mata kiri dan luka lecet di tangan kirinya.

Rupanya, yang dilaporkan korban adalah teman sekolahnya sendiri. Adalah HS, 19, yang juga pelajar di sekolah yang sama dengan korban. HS lah salah satu dari lima pelaku pengeroyokan, yang berhasil dikenali korban. Hingga kini kasus pengeroyokan itu masih dalam pengusutan petugas.

Informasi yang diperoleh, aksi pengeroyokan yang menimpa korban terjadi sekitar pukul 12.00, di kawasan Jl Gubernur Suryo, Desa Sengon, Kecamatan Jombang. Saat itu, korban yang bermaksud pulang dari sekolah sedang berjalan sendirian. Tiba-tiba, korban langsung dihentikan oleh lima orang pelajar.

Salah satu dari lima pelajar itu masih dikenali korban sebagai teman satu sekolahnya. Belum sempat menanyakan maksud kelima pemuda ini, korban langsung dikeroyok. Korban bertubi-tubi dihujani pukulan dan tendangan. Karena kalah jumlah, tentu saja korban tidak bisa menangkis serangkan kelima pelaku.

Untungnya, aksi keributan ini terjadi di kawasan yang cukup ramai. Sehingga warga yang ada di sekitar lokasi, langsung berdatangan dan berusaha melerai aksi pengeroyokan ini. Saat itu, para pelaku langsung buru-buru kabur. Sementara korban yang hanya menderita luka ringan, segera melanjutkan perjalanan pulangnya.

Setelah mengadu pada keluarganya, korban akhirnya memutuskan untuk melaporkan aksi pengeroyokan tersebut ke Polres Jombang. ''Berdasarkan laporan korban, kami akan segera melakukan pemanggilan kepada pihak terkait untuk menjalani pemeriksaan," ungkap Presenter Polres Jombang Aiptu Sutrisno, mendampingi Kasatreskrim Polres Jombang AKP Kasyanto, BS. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Wakili Lomba Web-Blog Tingkat Asean

Bertempat di wilayah Malang Selatan tidak membuat MTsN Malang 3 berkecil hati. Berbagai prestasi mampu diraih sekolah yang berjarak 25 kilometer dari Kota Malang itu. Terakhir adalah juara III Seameo Regional Open Learning Center (Seamolec) 2008, sebuah lomba web-blog tingkat nasional yang diselenggarakan organisasi teknologi informasi (TI) di bawah negara-negara Asean yang berlangsung di Jakarta 1 Agustus - 4 Oktober lalu.

MTsN 3 yang terletak di Jl Raya Sepanjang, Gondanglegi itu, tampak teduh. Pepohonan serta gedung yang terawat terlihat bersih. Begitu masuk, puluhan trofi, sertikat, dan foto-foto saat penerimaan hadiah di bidang TI terpajang di ruang tamu. "Ini waktu kami menerima hadiah dari Seamolec 28 Oktober lalu di Jakarta," kata Khoirul Anwar, guru pembina TI di sekolah itu dengan wajah sumringah.

Lalu Radar membuka www.mtsnmalang3.sch.id . Dari web itu terlihat berbagai tampilan dan informasi baru. Mulai dari prestasi, kegiatan sekolah hingga materi pelajaran. Maka tak heran, jika MTsN Malang 3 bisa menyisihkan peserta lain.

Khoirul tidak menduga sekolahnya bisa menyisihkan 117 peserta se-Indonesia. Yang membuat lebih bangga adalah MTsN Malang 3 mampu meraih juara III yang merupakan satu-satunya sekolah tingkat SMP. "Karena yang juara I dan II itu tingkat SMA semua," kata dia.

Menurut dia, juara I adalah SMAN 11 Surabaya, juara II SMKN 2 Padang. Sedangkan dalam lomba tersebut tidak ada pemisahan antara SMP dan SMA. Semua peserta dijadikan satu. Dengan demikian, dia yakin jika ada kategori SMA dan SMP, pihaknya akan meraih juara I untuk tingkat SMP.

Salah satu yang menjadikan web-blog MTsN Malang 3 meraih juara, karena isinya selalu di-update. Sehingga terus ada informasi yang baru. Update data dan informasi itu dinilai panitia sebagai poin yang sangat tinggi, karena fungsi web-blog itu adalah untuk menyampaikan informasi. "Meski desain web-blog bagus, tetapi isinya jelek dan tidak baru, maka poinnya kecil," katanya.

Kemudian, keikutsertaan guru dan siswa yang sudah link dalam web tersebut melalui blog. Dari situ, guru dan siswa bisa berkomunikasi melalui internet secara aktif. Selain itu, blog guru dan siswa itu juga selalu ada yang baru. "Melihat isi web tersebut, panitia menyimpulkan kalau di MTsN Malang 3 sudah sangat akrab dengan TI," jelasnya.

Menurut dia, hal tersebut memang tidak berlebihan. Karena meski bertempat di desa, sekolah itu juga dilengkapi dengan fasilitas hotspot. Guru dan siswa bisa mengakses internet di luar kelas. Bagi yang tidak punya laptop, bisa menggunakan laboratorium komputer.

Kini sudah banyak siswa di sekolah ndeso itu yang punya memiliki blog. Mereka secara aktif mengisi blog-nya dengan berbagai tulisan. Mulai dari curhat, menyediakan layanan game gratis yang di download dari internet serta berbagai informasi lain seputar Malang.

Di sekolah itu, para siswa juga diajari membikin blog. Memang tidak semua bersemangat menulis, tetapi minimal sudah dikenalkan dengan TI. Menurut dia, sejak menjadi juara III dalam lomba tersebut, banyak guru dan siswa yang bersemangat menulis di blog.

Menurut dia, untuk mengisi web itu, sekolah juga melatih menulis para siswa. Mereka mendapat materi jurnalistik secara intensif dari para guru Bahasa Indonesia dan guru pembina pengelola majalah sekolah. Selain itu, secara rutin mereka juga menulis di majalah dinding. Tulisan yang nampang di mading juga tidak boleh itu-itu saja, minimal satu minggu sekali harus ganti, meskipun bukan tulisan terkini.

Untuk mengasah teori menulis jurnalistik, para siswa juga ditekankan sering membuka situs media massa. Lalu menirukan model penulisan berita, setelah itu dipraktikkan. "Kami melarang mengambil berita dari situs tersebut untuk dipasang di web kami," ujar Khoirul.

Atas kemenangan ini, MTsN Malang 3 juga mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba serupa tingkat Asean. Lomba tersebut akan digelar tahun depan di Singapura. Menurut dia, lomba tersebut diperuntukkan bagi siswa berusia 13 - 19 tahun, baik mewakili lembaga maupun pribadi. MTsN Malang 3 akan mengikuti sebagai lembaga. Untuk menyiapkan lomba tingkat Asean, mulai saat ini tim terus menggodok dan menyiapkan desain web-blog yang lebih baik.

Yusnita Silsilia, salah satu siswa MTsN Malang 3 mengaku sangat suka menulis di blog. Menurut dia, cara tersebut membuat dia memiliki banyak teman dan informasi. Melalui blog itu pula dia mendapatkan pengalaman di dunia TI yang belum diajarkan di sekolah. "Pokoknya suka sekali, banyak manfaatnya dan menambah semangat belajar," ujar siswi kelas 9 ini.

Kepala MTsN Malang 3 Syamsuddin mengakui, meski di sekolah itu baru memiliki fasilitas internet gratis pada April 2007, tetapi para siswa dan guru telah memanfaatkan secara maksimal. "Kami tidak ingin para siswa ketinggalan teknologi, meski di pinggiran kami tidak mau kalah," ujarnya.

Menurut dia, selama ini sekolah yang kerap diinformasikan meraih prestasi lebih banyak di Kota Malang. Padahal, kata dia, di sekolah pinggiran pun banyak yang berprestasi. Dia juga bertekad, tim dari MTsN 3 akan tampil maksimal untuk mengikuti lomba tingkat Asean. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

13.12.08

Tak Membeli Buku Paket, Siswa Tidak Ujian

Puluhan siswa Sekolah Menengah Atas Widya Graha di Pekanbaru, Riau tidak diperbolehkan mengikuti ujian semester ganjil gara-gara tak membeli buku paket yang diwajibkan sekolah. Para siswa didenda bervariasi dari Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta.

Para siswa juga terancam dikeluarkan dari sekolah jika pihak keluarga memprotes kebijakan itu. Meski dilarang ikut ujian, puluhan siswa yang tak mampu membayar denda menyatakan tetap ke sekolah. Mereka berharap persoalan ini bisa diselesaikan oleh Dinas Pendidikan setempat. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Sekolah-Puskesmas Rawan Sengketa

SUMENEP-Sebagian lahan yang ditempati gedung sekolah dan puskesmas rawan sengketa. Ketika dulu dibangun, banyak gedung sekolah maupun puskesmas berdiri di atas lahan warga. Akibatnya, kini banyak tuntutan bakah sampai penyegelan bangunan oleh pemilik lahan.

Berdasarkan data di Komisi D DPRD Sumenep, sengketa diawali dengan kontrak yang tidak terbayar. Disebutkan, sebelum membangun sekolah atau puskesmas, pemerintah terdahulu berunding dengan pemilik tanah. Kompensasinya, pemilik lahan minta salah satu keluarganya diangkat menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Minimal tukang kebun sekolah.

Tapi, hingga puluhan tahun janaji pengangkatan PNS tak kunjung terwujud. Akibatnya, pemilik lahan menuntut realisasi dari perjanjian tersebut. Sebagian pemilik lahan ada yang unjuk rasa hingga menyegel gedung sekolah. Penyegelan SDN Ban Baru di Kecamatan Gili Genting merupakan kasus terakhir yang dilaporkan ke komisi D.

Ketua Komisi D Kamalil Ersyad mengatakan, kontrak pembangunan di masa lalu umumnya tidak tertuang dalam nota kesepakatan. Akibatnya, pemkab saat ini yang harus menanggung akibatnya. Tiba-tiba saja warga menyegel gedung sekolah karena merasa berkuasa atas lahan yang ditempati sekolah.

Menurut telaah komisi D, penyegelan terjadi karena persoalan menemui jalan buntu. Karena itu, komisi D mengagendakan rapat gabungan dengan komisi A. "Biar kajian kemanusiaan dan hukumnya sama-sama ada," terangnya usai mengunjungi lahan sengketa di Pasongsongan kemarin.

Sekretaris Komisi A Mawardi membenarkan adanya laporan sengketa lahan yang ditempati bangunan sekolah atau puskesmas. Pria gempal itu berencana mengundang jajaran terkait untuk verifikasi lahan. Dia yakin, dinas pendidikan punya data gedung sekolah dan di lahan siapa bangunan itu didirikan.

Dia mengatakan, sengketa lahan tidak saja terjadi di Sumenep. Di daerah lain juga muncul. Mawardi menyambut baik rapat koneksitas dengan komisi D untuk meminimalisasi sengketa. Jika diperlukan, dia akan menggagas raperda penyelamatan aset-aset pemkab. "Biar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan," katanya. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Tertegun dengan Tari Topeng Malangan

Beragam kesenian tradisional kemarin meramaikan SMAK St.Albertus Dempo, Malang Mulai dari kesenian jaran kepang, wayang topeng, hingga wayang kulit. Ajang ini untuk mengenalkan budaya tradisional yang sudah mulai luntur di kalangan anak muda sekarang.

Tak hanya para siswa saja yang meramaikan acara tersebut, tetapi guru-guru juga turut serta. Seperti kesenian wayang kulit, yang menjadi dalang adalah guru dan tim pemain gamelan dilakukan oleh para siswa. "Meriah, saking jarangnya dekat dengan kesenian tradisional, para siswa banyak yang terheran-heran. Ada juga yang berdecak kagum," kata koordinator seni wayang dan karawitan, Hadi Pratikno, di sela Dempo Education Fair kemarin.

Ada juga pertunjukan kesenian khas Malangan yakni tarian topeng dari paguyuban seni tari topeng dari Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Adapun cerita yang diusung Kawine Gunung Sari. Saat melihat pertunjukan itu, para siswa yang hanya bisa tertegun dan melihat dengan cermat setiap adegan yang ditampilkan para pemain tari topeng. "Bagus juga ya. Ternyata kami tidak tahu detail tentang tari topeng ini," ujar Siska, salah satu siswa.

Selain kesenian tradisional, siswa juga diberikan pengetahuan tentang penggunaan tenaga surya, roket air, membuat es krim hingga kampanye lingkungan. Semua ini diberikan untuk memadukan bakat dan minat siswa. Artinya setiap siswa harus mengembangkan keseimbangan antara mempelajari kesenian, dan sains. Dengan demikian, bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju, namun tidak akan melupakan kebudayaan lokal. "Tentunya sangat ironis, bila siswa di sini sangat pandai bahasa asing dan sains, namun melupakan kesenian dan budaya lokal," ujarnya.

Terkait kampanye lingkungan, para siswa diberikan gambaran tentang kondisi hutang yang semakin gundul akibat pemotongan liar. Dari gambaran ini para siswa diharapkan menjadi motivator di setiap lingkungannya untuk melestarikan hutan. Langkah ini diperlukan karena hutan adalah sumber penghidupan karena menghasilkan air. "Bisa dibayangkan, kalau manusia ini kekurangan air. Tentunya bahaya kematian mengancam," kata Tik. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

12.12.08

Sepuluh Pelajar Terjaring Razia

Satpol PP Kota Kediri, kembali menggelar razia pelajar kemarin. Razia dilaksanakan mulai sekitar pukul 10.30. Berangkat dari kantor Satpol PP Kota Kediri di belakang Gedung Nasional Indonesia (GNI), satpol bergerak lebih dulu ke alun-alun Kota Kediri. Di sana Satpol mengawasi Pedagang Kaki Lima (PKL). Setelah di alun-alun dirasa aman, petugas meluncur ke kawasan wisata Selomangleng.

Dengan menggunakan satu mobil patroli, belasan petugas Satpol PP yang dipimpin langsung Kasi Trantib, Jatmiko, menyisir warung di sekitar Klotok. Daerah inilah yang selama ini menjadi tempat persembunyian pelajar yang bolos dan pacaran. Hasilnya, belasan pelajar tertangkap basah sedang cangkruk di warung saat jam pelajaran. Begitu melihat petugas, beberapa pelajar langsung melarikan diri.

"Kami ini sudah pulang sekolah," ujar Yu, salah satu pelajar SMAN di Kota Kediri, yang ikut terjaring razia tersebut.

Mendapat jawaban ini Jatmiko tidak mau tertipu. "Sekarang serahkan kartu pelajarnya," pinta Jatmiko.

Yu mengaku dirinya tidak mempunyai kartu pelajar. Alasannya belum jadi. "Sumpah Pak, tanyakan ke sekolah saya kalau kartu pelajarnya memang belum jadi," kata siswi kelas X ini dengan nada ngotot, berusaha menjelaskan.

Tidak mau terkecoh, Jatmiko meminta kepada dua siswi itu untuk ke Kantor Satpol PP di belakang Gedung Nasional Indonesia (GNI). Agar mereka tidak lari, STNK sepeda motornya dibawa petugas.

Petugas juga membawa 8 pelajar laki-laki dengan menggunakan mobil patroli. Mereka dibawa karena bolos dan minum minuman keras. Petugas juga mengamankan satu botol miras oplosan.

Menurut De, siswa MAN di Kediri, dirinya berada di warung karena diajak teman-temannya. "Saya sakit, jadi tidak masuk sekolah," dalihnya.

Soal botol miras oplosan yang ditemukan, De mengaku dirinya tidak minum miras. "Saya tidak minum. Saya tidak tahu soal miras itu," katanya.

Pelajar yang terjaring razia langsung diminta membuat surat pernyataan tidak mengulangi lagi dan diberi pembinaan. Setelah itu, pelajar yang terjaring razia diizinkan pulang. "Kami melakukan razia itu menciptakan keamanan dan ketertiban di Kota Kediri," ujar Jatmiko.

Menurut Jatmiko, banyak pelajar yang terjerumus narkoba atau melakukan kriminalitas diawali dengan bolos sekolah. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Pungutan di SDN Kertajaya Ditarget Rp 1,10 M

Kepala SDN Kertajaya boleh menampik kasus pungutan yang terjadi di sekolahnya. Yang pasti, rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) yang disusun sekolah itu menyebutkan secara rinci biaya yang akan dipungut dari wali murid. Jumlahnya cukup tinggi, yakni Rp 1,10 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pembiayaan yang bersumber dari BOS maupun APBD Surabaya.

Dalam RAPBS itu disebutkan empat sumber pendanaan sekolah. Di antaranya, anggaran rutin Rp 854.531.750 untuk membayar gaji PNS. Sumber kedua adalah dana BOS yang mencapai Rp 277.200.000. Dana itu digunakan untuk operasional kegiatan pendidikan seperti pengadaan media pembelajaran, buku pegangan guru, dan lain-lain.

Ketiga, dana dari APBD yang mencapai Rp 382.800.000. Duit sebesar itu digunakan untuk mendanai sebagian biaya operasional sekolah. Terakhir, iuran orang tua yang dipatok Rp 1.102.522.000. Iuran sebesar itu bakal digunakan untuk mendanai berbagai kegiatan sekolah.

Di antaranya, studi banding yang rencananya menghabiskan Rp 62.400.000. Studi banding tersebut meliputi biaya sewa kendaraan, transpor, makan, akomodasi, dan suvenir kunjungan.

Program itu sangat bertentangan dengan kebijakan dinas pendidikan (Dispendik) yang melarang studi banding menggunakan bopda maupun iuran dari orang tua. Jumlah anggaran untuk studi banding itu juga jauh lebih besar dibanding kegiatan ekstrakurikuler yang hanya Rp 13,5 juta.

Pada item iuran orang tua tersebut juga ada biaya untuk seragam guru serta karyawan. Jumlahnya mencapai Rp 53,6 juta. Padahal, pengadaan seragam untuk semua pegawai pemkot telah dilakukan oleh unit lelang pengadaan (ULP). Tahun ini, ULP mengadakan 12.700 ribu setel seragam sekolah khusus guru.

Menurut Kepala ULP Nur Oemariyati, pengadaan seragam PNS hanya berupa kain seragam. Ongkos jahit dianggarkan berbeda, yakni Rp 40 ribu untuk satu setel baju. ''Jadi, keperluan seragam semua pegawai pemkot sudah kami cover. Otomatis sekolah tidak boleh mengalokasikan lagi,'' tegasnya.

Jika dicermati secara keseluruhan, penyusunan anggaran yang tecermin dalam RAPBS itu terkesan tidak masuk akal. Pertama, sumber dana dari iuran orang tua jauh lebih besar dibanding sumber dana lain. Padahal, pemkot jelas-jelas melarang keras adanya donasi lantaran semua biaya operasional sudah di-cover.

Kedua, sumber dana dari BOS hanya Rp 277.200.000. Padahal, tahun ini siswa SD mendapat BOS Rp 50 ribu. Jika dihitung secara matematis, anggaran BOS yang diperoleh SDN itu jauh lebih besar. Rinciannya, Rp 50 ribu x 1.100 (jumlah siswa SDN Kertajaya dalam RAPBS) x 12 bulan = Rp 660 juta.

Ditanya mengenai hal tersebut, Kepala SDN Kertajaya M. Nafich menyangkal keras tuduhan itu. Menurut dia, RAPBS tersebut dibuat pada awal Juli lalu, ketika kali pertama masuk sekolah. Saat itu, ujar dia, belum ada aturan macam-macam, termasuk larangan memungut dana dari orang tua.

Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa iuran tersebut wajar mengingat banyaknya ekstrakurikuler siswanya. ''Kami ini kan beda dari sekolah lain. Di sini ada band, TPA, ensemble, dan paduan suara. Semua gurunya didatangkan dari luar,'' ungkapnya.

Saat menyosialisasikan iuran tersebut pada awal tahun ajaran, lanjut Nafich, sekolah merasa tidak memaksa orang tua siswa untuk membayar. ''Tidak seluruh orang tua disuruh membayar. Hanya yang mau dan mampu seperti anjuran Dispendik,'' tegasnya.

Tentang studi banding, dia mengungkapkan bahwa hal tersebut memang direncanakan untuk meningkatkan mutu sekolahnya. Rencananya, dirinya dan para guru berangkat ke SD Menteng untuk mempelajari belajar-mengajar di sana. ''Tapi, karena tidak boleh, ya sudah, kami batalkan. Seluruh iuran orang tua tersebut kami batalkan dan saya telah membuat RAPBS baru,'' ujarnya.

Disinggung mengenai alasan mengumpulkan wali murid untuk dimintai sumbangan, Nafich menegaskan hal tersebut tidak benar. Lagi-lagi, dia membantah pihaknya meminta sumbangan.

Menurut dia, saat itu komite sekolah memang mengumpulkan orang tua murid. Tujuannya, memaparkan program-program. Nah, karena ada aturan tidak diperbolehkan ada pungutan, program-program itu tidak bisa dijalankan.

Setelah itu, dia mengaku, dirinya memberikan surat kepada orang tua siswa bahwa beberapa program tidak bisa dijalankan karena kendala keuangan tersebut. Sekolah juga mematikan AC ruangan. ''Sekarang, sekolah mana yang bisa menggunakan AC dengan uang segitu? Nanti saya bicarakan lagi dengan guru-guru, mau dimatikan terus atau tidak,'' katanya.

Penjelasan Nafich berbeda dari keluhan sejumlah wali murid. Menurut mereka, sekolah mengadakan rapat pada awal November dan menetapkan biaya yang harus dibayar siswa tiap bulan Rp 85 ribu. Jika dikalikan 1.100 siswa x 12 bulan, hasilnya mencapai Rp 1,10 miliar. ''Itu hanya alasan kepala sekolah. Yang pasti, saat rapat, wali murid diminta sebesar itu dan minta dititipkan ke wali kelas masing-masing,'' ungkapnya.

Jika tidak bersedia, kegiatan ekstrakurikuler maupun AC akan distop. ''Kenapa yang distop bukan insentif kepala sekolahnya saja? Kok malah yang berhubungan dengan belajar-mengajar?'' ujar seorang wali murid.

Di bagian lain, Kepala Badan Pengawas Kota (Bawasko) Hadi Siswanto menjelaskan, pihaknya sedang memproses semua laporan pungutan yang masuk. ''Kami belum bisa membeberkan hasilnya karena semua sedang dalam pemeriksaan,'' ujarnya. republika.co.id


[+/-] Selengkapnya...

11.12.08

Murid SDN 1 Saketi Belajar di Rumah Camat

Ratusan murid Sekolah Dasar Negeri 1 Saketi Pandeglang, Banten, terpaksa belajar di teras rumah dinas Camat Saketi sejak setahun terakhir. Hanya dengan alat peraga berupa satu buah papan tulis, murid kelas satu, dua, dan tiga secara bergiliran menggunakan ruangan kelas darurat untuk menimba ilmu.

Belajar dengan sarana ala kadarnya bukan tanpa masalah. Para murid tidak duduk di atas kursi, melainkan di atas ubin dingin tanpa alas. Tidak heran jika sebagian murid kerap mengeluh sakit punggung dan masuk angin. Jika hujan deras turun, kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan karena lantai teras ini kebanjiran dan kotor.

Kondisi ini terjadi karena ruang kelas mereka rusak. Dari lima ruang kelas yang ada, hanya satu ruang yang masih dapat digunakan. Empat ruangan lainnya nyaris ambruk dan mengancam keselamatan murdi jika digunakan. Pihak sekolah sudah tiga kali mengusulkan perbaikan kepada pemerintah daerah setempat. Namun, hingga kini harapan tersebut belum terealisasi. liputan6.com

[+/-] Selengkapnya...

Eki Dipukuli Teman di WC Sekolah

PALEMBANG, RABU — Eki Syailendra (19), pelajar STM I mendatangi ruang SPK Mapoltabes, Rabu (10/12). Sambil memegangi kepalanya yang dibalut perban, pelajar yang tinggal di Pangeran Ratu, Perum Amin Mulya, Kelurahan 16 Ulu, mengaku dibacok Riki dkk di halaman sekolah.

Kejadian bermula saat Riki dkk yang kebetulan bertemu Eki saat jam istirahat mendatangi sambil meminta uang untuk membeli minuman keras. Tidak memiliki uang, Eki spontan mengatakan minta maaf sambil merogoh dompet berisi uang Rp 3.000.

"Saya punya duit inilah. Ini duit pas untuk ongkos balik," kata Eki.
Seusai menunjukkan uang tersebut, Eki langsung memasukkan dompetnya ke dalam kantong celana.

Diduga tidak senang, Riki langsung membacokkan obeng ke arah kepala Eki. Penyerangan tiba-tiba itu spontan membuat Eki lari ke ruang guru, tetapi Riki bersama empat temannya yang lain malah mengejar hingga ke dalam WC.

Tak pelak, didalam WC itu Eki menjadi bulan-bulanan hingga tak sadarkan diri dan pingsan. "Aku sadarnya pas di Rumah Sakit Siti Khadijah," kata Eki yang didampingi ibu kandungnya. kompas.com


[+/-] Selengkapnya...

10.12.08

Sekolah Harus Berani Jual Program

Diknas Kota Malang kembali menginstruksikan sekolah-sekolah untuk tidak menarget SPP dan SBPP kepada wali siswa. Mekanisme perolehan SPP dan SBPP harus atas dasar kesepakatan bersama, antara wali siswa dengan sekolah. Bukan lagi penentuan sepihak oleh sekolah atau komite sekolah.

Kadiknas Shofwan menjelaskan, sekolah harus kembali menata cara berpikir dalam mendapatkan SPP dan SBPP. Kedua sumber pendanaan sekolah itu berjenis sumbangan. Maka wali siswa juga harus mengeluarkan dana atas dasar menyumbang sekolah. "Tidak lagi terkesan memaksa. Wali siswa berhak menyumbang sesuai dengan kemampuannya," ungkap pejabat asal Mojokerto ini.

Dana sumbangan, ungkap Shofwan, juga wajib diperuntukkan bagi peningkatan mutu pembelajaran. Tidak untuk rekreasi, membangun gapura, atau membangun sarana yang tidak mendesak. Kondisi itu dilakukan agar sumbangan masyarakat untuk peningkatan pendidikan bisa berdampak nyata.

Forum Komunikasi Komite Sekolah (FKKS) Kota Malang sepakat terhadap perubahan paradigma berpikir sekolah dalam memanfaatkan dana partisipasi masyarakat. Untuk meningkatkan dana partisipasi masyarakat, sekolah harus menjual program yang bermanfaat bagi siswa.

Setiono, Ketua FKKS memisalkan, yang layak dijual adalah program pelajaran Bahasa Inggris intensif. Atau program ekstra Teknologi Informasi, dan mengaji intensif. Termasuk memberikan akses internet unlimited dan tambahan pengetahuan populer lainnya. Dengan penambahan program, maka orang tua siswa juga akan mempertimbangkan besaran sumbangan kepada sekolah.

"Kalau apa yang diberikan sekolah sepadan dengan yang dibayarkan, maka orang tua tidak terkesan dipaksa," katanya.

Menurutnya, peningkatan mutu pendidikan mustahil tanpa melibatkan dana partisipasi masyarakat. Sebab globalisasi menuntut siswa bisa bersaing dengan lulusan negara asing. Berbagai kompetensi tambahan itu tak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. "Cara berpikir sekolah dan penggunaan dananya yang diubah. Sehingga SPP dan SBPP tidak lagi dianggap memberatkan," ungkap Setiono.jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Kepsek SMP, Aniaya Siswa

Diduga karena menganiaya anak didiknya sendiri, Kepala Sekolah SMP Citra Dharma yang beralamat di Jalan Swadaya I No 59 Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, dilaporkan polisi.

Kepala sekolah di atas bernama Moch Samin. Adapun korbannya adalah Anindya Jarfriani (13), siswi kelas III. "Dia dijambak, ditampar, dan dicubit hingga berbekas. Serta diusir oleh kepala sekolah," ungkap orangtua korban, Ilza Daulae (34) di Jakarta, Selasa (9/12/2008).

Kasus ini berawal pada Kamis, 4 Desember. Saat itu Vini, panggilan korban, pulang dalam keadaan menangis. Dari pengaduan anaknya, Samin telah menganiaya dan mengusir Vini karena menggunakan sepatu yang melanggar ketentuan sekolah. "Sebagai orang tua, saya sakit hati," kata Ilza.

Ilza mengaku dirinya telah memiliki bukti visum. Sehingga pada hari yang sama dia melaporkan Samin ke Polsek Cipayung dan Polres Jakarta Timur dengan nomor laporan 2122/K/XII/2008/Restro Jaktim.

Samin ketika dikonfirmasi membantah tudingan ini. Dia menolak telah menjambak, menampar, mencubit, dan mengusir muridnya. "Gak mungkin, karena saat itu juga disaksikan teman sekelas dan gurunya," kata Samin.

Jambakan dan tamparan yang dituduhkan Ilza, kata Samin, juga tak ada. Cubitan pada tangannya, merupakan bekas sanksi pelanggaran beberapa hari lalu. "Mereka (Vini dan murid lainnya) kedapatan mengeluarkan baju berkali-kali setelah diingatkan," ungkapnya.

Samin juga mengaku tidak mengusir. Dia hanya, menyuruh Vini pulang kalau tetap bersikeras memakai sepatunya. Hingga saat ini Samin belum dipanggil polisi. Dia justru melaporkan perbuatan orang tua korban yang merusak nama baik dan melakukan perbuatan tidak menyenangkan.

Dia juga meminta Vini untuk segera kembali ke sekolah karena akan menghadapi ujian. Samin ingin kasus ini cepat selesai dengan baik-baik. Sementara pihak keluarga berencana meneruskan masalah ini ke Komnas Perlindungan Anak. okezone.com


[+/-] Selengkapnya...

Tami kabur 10 Hari

Utami Fadillah Ramadhania atau Tami kabur dari rumah sejak tanggal 30 November dan berhasil ditemukan Selasa sore kemarin di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tami kabur bersama pacarnya, Putra, mahasiswa Institut Bisnis Indonesia (IBI).

Lalu pihak keluarga menemukan kedua insan yang dimabuk cinta ini terlihat tengah bersama di kawasan Kelapa Gading. Ternyata benih-benih cinta diantara mereka mulai terajut sejak Tami duduk dibangku kelas 2 SMP.

" Tami kenal sama Putra sudah lama sekitar 4 tahun yang lalu, waktu Tami kelas 2 SMP," cerita Ayah Tami, Maman (67) saat dikunjungi detikcom di kediamannya, Jl Vanda No 28 RT 014/05, Jatibening 1, Bekasi, Selasa (9/12/2008).

Menurut Maman, sang buah hati tidak pernah bercerita bagaimana bisa kenal Putra. Maman menduga perkenalan putrinya dengan Putra bermula dari saluran komunikasi internet

Selama masa pelarian, Tami meninggalkan salah satu kewajibannya sebagai siswi kelas 3 SMA Angkasa I untuk mengikuti ujian akhir semester ganjil. Orang tua Tami pun berharap putri kesayangannya dapat ikut ujian susulan.

"Insya Allah besok saya dan ibunya Tami akan ke sekolah menghadap wali kelasnya agar bisa ikut ujian," ujar ayah Tami, Maman (67) saat berbincang dengan detikcom, Rabu (10/12/2008).

Menurut Maman, Tami masih memiliki keinginan untuk masuk sekolah kembali. Kemarin, sang kakak, Tanti membujuk Tami untuk masuk sekolah, namun Tami mengatakan masih belum siap.

"Semalam dibujuk kakaknya, tapi nggak mau. Katanya nggak mau sekolah karena masih shock," beber Maman.

Maman menambahkan, pihak sekolah sudah mengetahui kembalinya Tami dan ia telah berbincang dengan wali kelasnya. Meski demikian, hingga pagi ini belum ada teman sekolah Tami yang datang berkunjung.

"Belum ada yang datang mungkin baru nanti siang," tandas pria paruh bayah tersebut.

Tami Berhasi ditemukan oleh kerabat Putra, Yoga, di sebuah rumah kos di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pada saat meninggalkan rumah, Tami membawa 200 gram emas dan sejumlah pakaian serta Honda Vario merah. Namun saat ditemukan, Tami mengaku perhiasan dan pakian yang dibawanya telah di jambret. detik.com


[+/-] Selengkapnya...

9.12.08

Kota Bebas Putus Sekolah

MOJOKERTO - Pada tahun 2009, Pemkot Mojokerto tak hanya mentargetkan bebas banjir, namun juga bebas putus sekolah. Dengan semangat wajib belajar pendidikan menengah (Wajar Dikmen) 12 tahun, seluruh warganya bisa mengenyam pendidikan sampai SMA.

Target tersebut ditegaskan Kepala Dinas P dan K Kota Mojokerto Sutomo kemarin. Menurutnya, keberanian mematok target bebas putus sekolah itu salah satunya didorong adanya tambahan bantuan biaya sekolah untuk siswa SMA. ''Tahun 2009 kami memang mentargetkan tingkat partisipasi masyarakat untuk SMA 100 persen. Sehingga, seluruh warga kota usia SMA harus sekolah,'' katanya.

Dengan adanya tambahan bantuan, diharapkan terjadi subsidi silang di sekolah masing-masing. Bantuan biaya sekolah untuk siswa SMA tersebut semula Rp 40 ribu menjadi 60 ribu. Sedangkan, untuk siswa SMA yang tidak mampu dari Rp 40 ribu sebulan menjadi Rp 75 ribu. ''Subsidi silang itu bertujuan agar siswa yang tidak mampu bisa sekolah sampai lulus,'' katanya.

Memang, kendati bantuan tersebut berbunyi untuk SPP, namun bukan berarti gratis. Terutama terhadap siswa SMA yang secara ekonomi keluarga tergolong mampu. Sebab, mereka masih tetap dibebani biaya operasional di luar SPP tersebut. Misalnya, untuk pelajaran tambahan. ''Nah, dari biaya operasional siswa SMA yang mampu itu bisa disubsidikan untuk siswa yang tidak mampu. Sehingga, siswa yang tidak mampu sudah tidak dibebani biaya lagi dan bisa meminimalisir drop out,'' katanya.

Selain itu, upaya lain juga bakal dimaksimalkan untuk bisa merealisasikan seluruh warga kota usia SMA bisa sekolah. Dikatakan Sutomo, sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, tingkat partisipasi untuk SMA diketahui 84 persen. Sedangkan, hingga tahun 2008 diperkirakan meningkat lima sampai sepuluh persen. ''Itu tak hanya sekolah di kota. Namun, juga di luar kota. Yang penting, seluruh warga usia SMA, 16 sampai 18 tahun bisa sekolah,'' ujar Sutomo.

Diantara upaya tersebut, menfungsikan jajaran pemerintahan yang ada. Lingkungan RT/RW, kelurahan hingga kecamatan melaporkan kalau menemui warganya usia SMA yang tidak sekolah. ''Dari laporan itu, kami akan menindaklanjuti. Sehingga, mereka bisa sekolah,'' katanya.

Bahkan, ditegaskan Sutomo, tak hanya mereka yang usia SMA. Lebih dari itu, diusahakan juga lulus SMA. Misalnya, mereka yang drop out dan sekarang sudah usia 24 tahun. ''Untuk mereka bisa mengikuti kejar paket C dan mendapatkan ijazah SMA,'' tegasnya.

Sebagaimana diketahui, pada pembahasan APBD 2009, dewan dan eksekutif sepakat menambah bantuan biaya sekolah untuk siswa SMA. Penambahan itu dilakukan dengan memangkas ploting anggaran perjalanan dinas anggota dewan sebesar Rp 1 miliar. Dewan sendiri merelakan jatah anggarannya dipangkas, selain mendukung Wajar Dikmen 12 tahun, juga untuk meringankan beban biaya hidup warga Kota Mojokerto. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

SDN Mekarsari Akan Direlokasi

Banjir Terjang Dayeuhkolot dan Baleendah. Hadapi Ujian, Siswa Kelas 6 SD Negeri Mekarsari Akan Direlokasi. Camat Baleendah akan memindahkan proses belajar mengajar siswa SD Negeri Mekarsari di Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah yang terendam banjir. Hal tersebut terpaksa dilakukan karena seminggu lagi para siswa kelas 6 akan menghadapi ujian.

"Tidak ada tawar menawar lagi. Mereka harus belajar karena seminggu lagi akan ujian, kita fokuskan siswa kelas 6 dulu," kata Camat Baleendah, Ruli Hadiana, saat ditemui di pengusian Taman Kota, Jalan Anggadireja, Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin (8/12/2008) sore.

Untuk tempat, tambah Camat, pihaknya memilih tempat di Taman Kota atau Gedung Juang Baleendah. "Yang penting representatif saja bagi siswa," katanya.

Langkah ini diambil jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk belajar siswa keesokan harinya, "Kita lihat saja dulu, kalau sekarang hujan dan air sungai kembali naik, maka kita akan pindahkan," ujar Ruli.

Dari pantauan detikbandung, debit air sungai citarum mulai surut dan kembali mengalir tenang. Sebagian warga mulai membersihkan sisa-sisa banjir yang merendam rumahnya masing-masing.

Sedangkan di Taman Kota, tim medis bersiaga untuk pemeriksaan penyakit untuk para pengungsi korban banjir. detik.com



[+/-] Selengkapnya...

8.12.08

Sekolah Tanpa Kursi

Kemiskinan ternyata tak menyurutkan seseorang dalam menggapai cita-cita. Setidaknya semangat itu tergambar dari sosok Mariance Djara Jungu. Bocah berusia tujuh tahun tersebut adalah siswa kelas satu di Sekolah Dasar Oepunu, Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur. Setiap hari, Mariance harus menempuh tujuh kilometer menuju ke sekolahnya.

Rumah orangtua Mariance terletak di Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kupang Tengah. SCTV, baru-baru ini, menyambangi rumah itu dengan menempuh waktu 1,5 jam menggunakan mobil dan dilanjutkan berjalan kaki. Rumah itu berupa gubuk dengan dinding kayu dan atap daun lontar. Sementara sekat kamar menggunakan terpal. Di rumah itulah Mariance dilahirkan.

Setiap pagi, Mariance bangun pukul 05.00 WITA dilanjutkan dengan mencuci piring sebelum bersiap pergi ke sekolah. Mariance mengenakan seragam dengan alas sandal jepit. Dia lalu menempuh 1,5 jam ke sekolah dengan berjalan kaki. Perkiraan Mariance cukup matang karena sekolah baru dimulai pukul 07.00 WITA. Jika Mariance kesiangan bangun karena lelah, dia akan menyelingi perjalanannya dengan berlari kecil.

Meski mengaku lelah, bocah itu kembali ceria setiba di sekolah. Sekolah Mariance merupakan gedung Balai pertemuan desa tanpa fasilitas kursi. Sepanjang tiga jam pelajaran berlangsung, Mariance harus mengikutinya dengan berdiri. Tak jarang bocah ini merasakan lelah yang luar biasa.

Mariance pulang pukul 10.00 Wita. Sesampai di rumah, ia mengulang pelajaran di sekolah. Mariance memanfaatkan tempat duduk di rumahnya sebagai meja dan tetap harus berdiri karena tak memiliki kursi. Namun, segala kekurangan itu tetap dijalani Mariance dengan ketekunan. Ia terlanjur mendulang cita-cita mulia menjadi seorang Guru.

Usai belajar, Mariance lalu membantu neneknya membersihkan rumput dan menyiangi tanaman cabe. Rutinitas itu merupakan sumber kehidupan mereka. Hal itu diceritakan ibu Mariance, Linda Djara. Sang ibu juga mengatakan seolah tak ada waktu senggang bagi sang buah hati. Apalagi, Mariance juga harus memberi makan sejumlah ayam di halaman rumahnya.

Wilhemina, salah satu guru di sekolah Mariance, mengatakan, muridnya tersebut kerap terlambat tiba di sekolah. Meski begitu, prestasi Mariance tidak perlu diragukan. Mariance dan sembilan temannya terpilih mengikuti tes sampling di tingkat Kabupaten Kupang.

Kini, pihak sekolah hanya bisa berharap pemerintah setempat mau menyediakan fasilitas pendidikan bagi mereka. Hal itu demi mewujudkan cita-cita 40 siswa sekolah tersebut. Tak hanya itu, pihak sekolah juga berharap ada donatur yang mengulurkan tangan mereka untuk membangun gedung sekolah di atas lahan yang telah disiapkan. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Siswa Belajar di Kantin

Ratusan siswa Madrasah Ibtidaiyah di Desa Ihing, Kapubaten Bulo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, baru-baru ini, terpaksa belajar di lantai kantin sekolah. Pasalnya, ruang kelas yang biasa mereka gunakan nyaris ambruk termakan usia.

Kendati demikian, sebagian siswa masih ada yang menggunakan tiga ruang kelas di sekolah tersebut. Ruangan itu tampak memprihatinkan dengan dinding, jendela, dan atap yang sudah lapuk. Tiang penyangga bangunan itu digerogoti rayap dan rawan roboh jika diterpa angin kencang.

Kondisi serupa juga terjadi di Sekolah Dasar Katolik Umasukaer, Malaka Tengah, Nusa Tenggara Timur. Terhitung sudah enam tahun bangunan sekolah tersebut rusak. Namun, hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Para siswa terpaksa belajar dengan kondisi kelas yang rawan ambruk.

Rusaknya gedung sekolah memang menjadi salah satu masalah dalam dunia pendidikan di negeri ini. Komitmen pemerintah untuk menyalurkan 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pendidikan pun sangat dinantikan. Apalagi anggaran itu termasuk untuk proyek perbaikan sekolah. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

5.12.08

Murid Belajar Sambil Berdiri

Kupang: Siswa SD Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kupang, Nusa Tenggara Timur, sejak enam bulan terakhir terpaksa belajar sambil berdiri. Pasalnya, tak ada satupun bangku untuk diduduki. Meski keadaan memprihatinkan, mereka tetap semangat untuk belajar selama tiga jam sehari. Namun, jika lelah guru mengizinkan untuk beristirahat.

Kehidupan di Dusun Dendeng memang serba sulit. SD Dusun Dendeng berdiri darurat dengan meminjam balai pertemuan desa. Bagaimana tidak, sekolah induk letaknya belasan kilometer dari desa mereka. Sementara para murid rata-rata berjalan kaki dari rumah.

Di Serang, Banten, anak-anak putus sekolah harus menyambung hidup dengan memeras minyak goreng sisa. Uang belasan ribu rupiah yang mereka dapatkan, dipakai untuk menyambung kelangsungan hidup.

Royani alias Eeng, warga Kampung Lebak Sirih, Kelurahan Unyur, Serang, setiap pukul tujuh pagi harus berjalan kaki sekitar tiga kilometer. Bukannya menuju ke sekolah, melainkan Eeng pergi ke Pasar Rau guna memeras minyak goreng sisa. Bersama rekan rekannya, Eeng sudah dua tahun menjalani aktivitas itu.

Setiap hari Eeng mendapatkan sekitar tiga liter minyak goreng curah. Selanjutnya minyak tersebut dijual kembali dengan harga Rp 15 ribu. Eeng melakukan pekerjaan itu demi menyambung kelangsungan hidup. Aktivitas tersebut terpaksa Een lakukan karena kedua orangtuanya sudah tiada. Ia kini hanya tinggal dengan nenek dan seorang adiknya yang masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Sekolah Antikorupsi, Basmi Korupsi Sejak Dini

Jakarta: Kejaksaan Agung bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional meresmikan proyek percontohan sekolah antikorupsi di SMA Negeri 3 Jakarta Selatan, Kamis (4/12). Program ini dilandasi keperihatinan akan maraknya korupsi dan niat membina moralitas bangsa sejak dini.

Dalam peresmian tersebut, para siswa dengan seksama menyimak ceramah Jaksa Agung Hendraman Supanji. Dalam waktu dekat para pelajar akan lebih banyak mendapat akses ke buku-buku antikorupsi. Pihak sekolah juga menyiapkan laboratorium khusus untuk siswa yang ingin belajar tentang korupsi. liputan.com


[+/-] Selengkapnya...

4.12.08

Belajar di Kebun Bunga

UPT (Unit Pelaksana Teknis) Kebun Bunga Potong Rembangan yang dikelola Politeknik Negeri Jember, kini tak hanya sekadar sebagai tempat praktik mahasiswa. Tapi, juga menjadi jujugan pembelajaran hortikultura siswa sekolah dasar.

Kebun bunga potong yang menanam beberapa jenis tanaman berbunga seperti garberra, mawar, krisan, dan anggrek ini memang bisa menjadi tempat praktik yang menarik bagi siswa sekolah dasar. Selain bisa mengenal berbagai jenis tanaman, siswa juga bisa mengenal cara pembiakan tanaman.

"Bulan-bulan ini memang sedang musimnya krisan berbunga. Makanya, kami berencana mengajak anak-anak untuk praktik memanen bunga," kata Kepala Produksi UPT Kebun Bunga Potong M. Hasan.

Di kebun bunga potong ini, dikembangkan dua jenis bunga krisan. Yakni jenis spray dan standard. Untuk jenis spray per ikatnya dijual dengan harga Rp 13.500. Sedangkan untuk jenis standard, dijual seharga Rp 14 ribu per ikat. Masing-masing ikat terdiri sekitar sepuluh tangkai bunga.

"Awalnya memang hanya untuk praktik, tapi kami kembangkan juga ke arah bisnis. Soalnya biaya perawatan cukup mahal," sambungnya. Ternyata, bisnis jual-beli bunga potong itu berjalan lancar. Bahkan untuk masa panen pada pertengahan Desember sampai Februari nanti, sudah banyak konsumen yang melakukan inden. Terutama para perias pengantin, yang membutuhkan bunga krisan potong untuk dekorasi pernikahan. Menurut dia, bulan-bulan ini memang banyak orang yang punya hajat pernikahan, sehingga permintaan bunga krisan potong juga menunjukkan peningkatan.

Kepala SDN Jember Lor 1 Maria menambahkan bahwa saat ini sekolahnya memang sedang mengembangkan ekstrakurikuler holtikultura. Pengajarnya sengaja dipilih dari Politeknik Negeri Jember karena yang mengelola kebun bunga. "Kami tidak ingin anak-anak hanya sibuk dengan aktivitas akademis saja. Tapi juga mengenal aktivitas bercocok tanam," katanya.

Selain akan mengunjungi kebun bunga potong Rembangan, siswanya juga dilatih menanam sayuran dan bunga di sekolah. Dalam praktik yang khusus dilakukan oleh siswa kelas 4 dan 5 ini, dibedakan dua jenis penanaman. Yakni penanaman organik dan non-organik.

"Nanti hasilnya dibedakan. Sampai saat ini yang sudah panen baru sayur kangkung," katanya. Untuk menunjang kegiatan tersebut, sekolah telah menyediakan para-para sebagai tempat menanam tanaman. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Sekolah Mulai Merespon

Lomba PSN dan Lingkungan Sekolah Sehat yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto mulai direpon sekolah. Ini terlihat dari penilaian yang masuk minggu ketiga kemarin. Hampir semua sekolah yang dinilai kemarin memiliki angka bebas jentik 100 persen.

Salah satunya adalah SMPN 9 Kota Mojokerto. Sekolah yang berlokasi di Jl Semeru ini ternyata tidak hanya bebas jentik. Namun, lebih dari itu di sekolah ini juga memiliki inovasi dalam melanggengkan kebersihan di sekolahnya.

Beberapa inovasi tersebut antara lain memberikan bendera hitam kepada kelas yang selama seminggu dinilai paling kotor. Sedangkan, untuk sekolah yang dinilai paling bersih akan mendapatkan bendera putih. ''Bendera ini disampaikan pada saat upacara bendera setiap Senin,'' kata Hariyo W, Kasek SMPN 9 seraya menunjukkan dua bendara yang dimasudkan.

Inovasi lain yang dilakukan sekolah ini adalah dalam setiap memberikan hukuman atau sanksi kepada para siswa yang melanggar peraturan sekolah berorientasi kebersihan. Misalnya, dengan memberikan sanksi membersihkan taman kelas, musala atau kelas. ''Dari itu ada tenggat waktu misalnya 10 menit sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan siswa,'' kata Hariyo.

Ternyata, cara ini ampun untuk menjaga kebersihan lingkungan. Ini terlihat dari kondisi kelas dan lingkungan sekolah yang bersih dari sampah. Padahal, jumlah petugas kebersihan yang merangkap penjaga sekolah hanya dua orang saja.

Sementara itu, untuk penilaian di SDN Prajuritkulon 1, 2 dan 3 juga tidak ditemukan jentik nyamuk. Namun, karena kondisi sekolah dalam tahap renovasi maka kondisinya masih semrawut.

Sekadar mengingatkan, sebagai kegiatan rutin tahunan Dinkes Kota Mojokerto menyelenggarakan Lomba PSN dan kebersihan. Lomba ini tidak hanya menilai lingkungan yang ada di seluruh kelurahan, tetapi juga membidik sejumlah sekolah yang diusulkan Dinas P dan K. Sistem penilaiannya dilakukan secara mendadak dan langsung, sehingga pihak lingkungan maupun sekolah harus selalu siap untuk mendapatkan penilaian setiap saat. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

240 Siswa SD Belajar di Tenda

BANDUNG--Setelah terendam banjir akibat meluapnya sungai Citarum selama tiga pekan, sebanyak 240 siswa di SD Negeri Mekarsari di Kampung Cieunteng, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, terpaksa belajar di tenda yang berada di Taman Kota Baleendah.

Camat Baleendah, Ruli Hadiana, Rabu, mengatakan, lokasi SDN Mekarsari terletak di tengah pemukiman 406 kepala keluarga (KK) Kampung Cieunteung yang selalu terkena banjir luapan sungai Citarum setiap musim penghujan.

Lokasi bangunan SD yang terletak di pinggir sungai Citarum terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa sejak tiga pekan lalu. Sejak itu, tidak ada aktivitas belajar mengajar di SD tersebut. Para siswa memilih tidak bersekolah.

Dari pantauan di lokasi, air Citarum mulai surut, namun ketinggian air masih merendam sekolah tersebut setinggi lutut orang dewasa.

"Namun banjir kali ini terjadi terus menerus akibat curah hujan yang tinggi di Bandung Utara dan Bandung Selatan serta Bandung Timur," ujar Ruli.

Sebagai cara satu-satunya untuk menjamin terus berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SD tersebut, Ruli berencana akan memindahkan sementara lokasi belajar.

"Kami sudah siapkan dua tenda peleton di Taman Kota Baleendah sebagai lokasi belajar sementara," jelas Ruli.

Langkah ini dilakukan, sambung Ruli, karena tidak ada tanda-tanda volume air sungai Citarum akan surut. Padahal, lazimnya, banjir besar kerap terjadi di lokasi itu pada bulan-bulan Januari hingga Maret.

Pihaknya berharap, para siswa SDN Mekarsari bisa mengikuti pelajaran secepatnya. Pihaknya tinggal menunggu respon dari pihak sekolah.

Saat ini ada sekitar 130 KK warga Cieunteung mengungsi di kantor kelurahan yang letaknya lebih tinggi. Selebihnya memilih menumpang di kediaman kerabat masing-masing. Menurut Ruli, tercatat sejak tiga pekan lalu, ada 12 kali banjir dengan ketinggian air 1-2 meter.

Dihubungi terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Mudji, mengatakan, pihaknya belum memiliki dana untuk program normalisasi 9 anak sungai Citarum.

"Diperlukan dana sebesar Rp 350 miliar pada tahun 2009 untuk normalisasi sungai Citarum. Normalisasi sungai Citarum yang akan dilakukan sepanjang 51 kilometer yang dilewati 9 anak sungai itu," paparnya.

Ke sembilan anak sungai Citarum itu adalah sungai Cikeruh Hulu, Cibeusi, Cimande, Cikijing, Citarik Hulu, Citarum Hulu, Cisangkuy Hulu, Citalugtug, dan Ciputat.

"Di semua titik lokasi sungai terjadi pendangkalan. Curah hujan yang melalui 9 anak sungai itu tumpah ke Citarum. Kondisi yang dangkal mengakibatkan mudah terjadi banjir, meski volume hujan kecil," jelasnya.

BBWS Citarum, kata Mudji, masih menunggu hasil pembahasan `Integrated Citarum Water Resources Management Program` antara Asian Development Bank (ADB) dengan pemerintah. "Ini terkait masalah normalisasi sungai Citarum," ujarnya. republika.co.id


[+/-] Selengkapnya...

3.12.08

Kasus SMA 90 Jangan Libatkan Polisi

Rasa was-was yang dirasakan siswa korban kekerasan di SMAN 90 akibat masih adanya ancaman oleh seniornya, dinilai Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus menjadi keprihatinan pihak sekolah.

"Karena ini tanggung jawab sekolah. Namun tentu dengan tetap mendudukan kepentingan anak, baik korban maupun pelaku kekerasan," ujar Sekretaris Jenderal KPAI Arist Menrdeka Sirait kepada okezone, Rabu (3/12/2008).

Diakui Aris, apapun buntut dari insiden kekerasan ini harus telebih dahulu ditangani pihak sekolah, dengan melakukan penyelidikan, siapa saja siswa yang melakukan kekerasan tersebut.

"Kami sudah bertemu pihak sekolah, Selasa (2/12/2008). Kami meminta agar pihak sekolah mencari pelaku untuk kemudian diberikan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahannya," terangnya.

Menurut Arist, tidak perlu melibatkan aparat kepolisian dalan menanggulangi bentuk bentuk ancaman ini. "Kita serahkan dulu kepada sekolah, kalau sudah menyangkut pidana baru aparat dilibatkan," imbuhnya.

Disinggung mengenai langkah selanjutnya yang akan dilakukan KPAI, Arist mengaku, masih hasil penyelidikan pihak sekolah. "Kami menunggu laporan mereka, kalau ternyata sekolah menyerah, baru kami yang investigasi," tukasnya. okezone.com


[+/-] Selengkapnya...

2.12.08

Lima Siswa SD Diniaya Guru

Gara-gara lupa mengerjakan pekerjaan rumah, lima siswa kelas 5 SD 09 Pagi, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, dianiaya guru wali kelas mereka.

Lima murid itu adalah Anarki AB. Jones, M. Toha Saputra, Syahrul Farhan, Andriansyah, dan Fadi. Mereka mengaku dipukul dan ditendang pada Sabtu siang pekan lalu. Penganiayaan itu terjadi di SD 18 Cengkareng Timur, tempat SD 09 Pagi Kapuk menumpang sementara karena gedung mereka sedang diperbaiki.

Orang tua Anarki pun melaporkan tindak pidana itu ke kantor Polres Jakarta Barat pada Sabtu malam pekan lalu. Guru wali kelas anaknya, Rupina, menjadi terlapor. "Saya sekolahkan anak biar pintar bukan untuk dipukuli," kata Susanday Tom Jones, 37 tahun, ayah Anarki, di rumahnya di kawasan Kapuk.

Anarki mengaku dipukul di kepala, tiga kali ditampar pipi kanan dan empat kali ditendang. "Ini bekasnya," ucapnya sambil menunjukkan memar di kakinya. Sedangkan Toha mengatakan, "Saya dipukul di tangan." tempointeraktif.com


[+/-] Selengkapnya...