17.4.09

SD Juara, Sekolah Bagi Anak Miskin

Demi mendukung program pendidikan gratis untuk warga kurang mampu, sebuah yayasan berskala nasional mendirikan sekolah dasar (SD) gratis untuk warga miskin. Hebatnya, sekolah gratis ini bukan sekolah ala kadarnya, seperti sekolah swadaya lainnya. Tapi, lengkap dengan fasilitas dan kegiatan yang tidak kalah dengan sekolah lainnya.

Salah satunya SD Juara di kawasan Cideng, Jakarta Pusat. Sekolah yang didirikan setahun lalu ini telah menumbuhkan harapan baru bagi warga miskin. Setidaknya anak-anak mereka bisa mengenyam bangku pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun.

Menurut R Sriharto, Kepala Sekolah SD Juara, meski tidak memungut biaya sedikit pun dari siswa, sekolah tetap mempertahankan mutu pendidikannya. Selain mengikuti kurikulum nasional pada umumnya, berbagai kegiatan ekstrakurikuler juga diadakan. Belum lagi fasilitas pendidikan seperti komputer yang juga tersedia.

SD Juara adalah salah satu program rumah zakat di bidang pendidikan. Selain di Jakarta, SD Juara juga ada di Bandung, Jawa Barat, dan Pekan Baru, Riau. Kini, dengan adanya sekolah gratis tersebut semangat anak-anak untuk meraih cita-cita dapat bangkit kembali. Sebab, ketidakmampuan ekonomi untuk biaya sekolah sempat membuat mereka patah arang. (liputan6.com)


[+/-] Selengkapnya...

Guru Kurang, Sekolah Hanya Dua Kali Seminggu

Belum semua anak Indonesia bisa menikmati pendidikan sekolah dasar secara normal. Di Bale Rawa, Sanggau, Kalimantan Barat misalnya, kurangnya guru membuat siswa hanya bersekolah dua kali seminggu.

Belajar berkelompok di malam hari merupakan kegiatan tetap siswa SD Bale Rawa. Ini karena materi pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya mereka terima. Sekolah yang berlangsung dua kali dalam seminggu membuat siswa dan orangtua harus melengkapi materi pelajaran di luar jam sekolah.

Sarana dan fasilitas ruangan belajar juga memprihatinkan. Lantai kelas yang terbuat dari kayu sudah rusak sehingga berbahaya bagi siswa maupun guru.

Sarana transportasi yang sangat sulit menjadikan guru untuk tidak bisa hadir setiap hari. Jarak yang hanya delapan kilometer dari Kecamatan Tayan harus ditempuh selama satu jam dengan kendaraan roda dua. Tempat tinggal para guru yang sudah disiapkan tidak pernah terpakai hingga kondisinya pun rusak parah. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...